Friday, 12 February 2016

Kumpulan Receh Bernilai Miliaran untuk Bocah Penderita Kanker

Kumpulan Receh Bernilai Miliaran untuk Bocah Penderita KankerIlustrasi uang receh (CNN Indonesia Internet/Skitterphoto/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah membeli sesuatu di sebuah minimarket lalu uang receh kembalian Anda ditawarkan sebagai sumbangan? Bila ya, apakah Anda mengetahui perjalanan akhir uang receh yang Anda sumbangkan tersebut?

Ternyata, uang receh Rp100 yang terkumpul dalam jumlah banyak dapat menjadi sumbangan yang sangat berarti bagi para penderita kanker di Indonesia yang kurang mampu, terutama anak-anak.

Mardi Santosa, pengawas sekaligus penasihat Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) mengakui kepada CNNIndonesia.com bahwa salah satu sumber donasi yang ia terima dalam pembiayaan hidup pasien kanker yang dinaungi YKAKI dari kembalian uang receh para pelanggan mini market.

"Dari pembulatan kembalian yang biasa ditawari itu kami diberi donasi oleh Alfamart dan ia mendorong kami untuk membuka kembali rumah singgah di daerah baru, dan uangnya dari mereka," kata Mardi saat ditemui di the Ritz-Carlton Mega Kuningan, Kamis (11/2).

"Jumlahnya signifikan sekali, miliaran, kan dari seluruh Indonesia," kata Nugroho Saleh, salah satu anggota YKAKI menimpali.

Keduanya mengakui bahwa sumbangan yang digalakkan melalui pembulatan kembalian dari minimarket tersebut dalam suatu periode kampanye sanggup membiayai 100 persen pembangunan rumah asuh baru di Makassar, Pekanbaru, dan Semarang.

Selain itu, kumpulan uang receh yang YKAKI terima dari perusahaan tersebut juga digunakan untuk kontrak, renovasi, gaji pegawai rumah asuh.

YKAKI mengakui bahwa kebutuhan untuk menyokong kehidupan pasien anak kanker tidaklah sedikit. Pengobatan kanker untuk anak-anak memang telah ditalangi oleh BPJS Kesehatan, termasuk dengan obat-obat dasar.

Namun bila sang pasien membutuhkan obat tambahan dan tak dapat dibeli, maka pihak yayasan seringkali mencarikan obat tersebut demi kelangsungan hidup anak Indonesia penderita kanker.

Bukan hanya untuk obat, YKAKI juga membutuhkan dana untuk menghidupi dan memberi makan pasien beserta keluarganya yang tinggal di rumah singgah milik yayasan yang berdiri sejak 1 November 2006.

Para pasien dan orang tuanya tinggal di rumah singgah selama berada dalam pengobatan kanker karena rumah pribadi mereka ada di pelosok kota lain dan tidak memiliki sanak saudara di dekat rumah sakit.

Pengobatan kanker belum tentu akan selesai dalam sehari dua hari, kadang pengobatan kanker untuk seorang pasien dapat berlangsung selama enam bulan hingga dua tahun, itu yang rata-rata terjadi. Bila sang dokter menyarankan pengobatan lebih lanjut, bukan mustahil keberadaan mereka di rumah singgah semakin lama.

"Kasarnya pada saat ini cukup berat, makanya kami kemana-mana selalu 'jual kecap' karena untuk bayar KPR [rumah singgah] 15 tahun saja per bulan Rp130 juta," papar Mardi. "Itu satu rumah, untuk di seluruh cabang [YKAKI memiliki delapan cabang di Indonesia] kurang lebih masing-masing Rp130 juta."

"Jangan takut, meski kami deg-degan, tapi alhamdulillah ada saja yang menyumbang. Makanya berapa pun orang menyumbang, kami terima," kata Mardi.

Jalan pertolongan seperti tak terhenti datang untuk membantu anak-anak kanker Indonesia untuk sembuh. Bukan hanya dari perusahaan jaringan mini market tersebut, berbagai perusahaan ikut menyumbang dengan jumlah yang tak sedikit. Bahkan pernah dari sumbangan Rp10 ribu dapat terkumpul dana untuk membangun sebuah rumah singgah di Surabaya.

YKAKI juga pernah mendapatkan sumbangan dari sebuah produsen obat sakit kepala yang mengadakan kampanye melalui unggahan foto di media sosial, setiap foto akan dinilai Rp5 ribu.

Dan dari aksi tersebut, terkumpul Rp500 juta dalam sebulan yang kemudian diberikan kepada YKAKI. Lalu dari salah satu operator aplikasi media sosial LINE, mereka sanggup mengumpulkan Rp1,3 miliar yang diberikan untuk YKAKI.

Dan salah satu kegiatan yang mengajak kolaborasi YKAKI adalah pelaksanaan acara Glam & Glow Yoga yang diadakan oleh The Ritz-Carlton, berupa kelas yoga dengan tema glow in the dark. Hasil keuntungan dari acara yang dilangsungkan 20 Februari nanti akan disumbangkan ke YKAKI dalam rangka Hari Kanker Anak Internasional pada 15 Februari 2016 mendatang.

"Sebenarnya tujuan kami ingin menggugah orang-orang bahwa ada lho anak dengan kanker yang membutuhkan. Banyak yang tidak tahu ada YKAKI dan membangun sekolah juga untuk anak kanker ini," kata Mardi. "Padahal kami ini diakui oleh Perkumpulan Orang Tua Anak Kanker sedunia."

Meski mendapatkan uang yang terhitung banyak, namun Mardi tak memungkiri kadang YKAKI mengalami defisit karena kebutuhan pengobatan anak-anak. Mereka pun selalu mengumumkan rekapitulasi pendapatan dan pengeluaran mereka melalui laman resmi YKAKI. Mereka pun menggunakan akuntan publik untuk mengaudit keuangan mereka demi kepercayaan para donatur dan mendapatkan penilaian "wajar tanpa pengecualian."

YKAKI pun menampik bila ada tudingan uang yang mereka terima dipergunakan para pengurusnya. Mardi mengatakan, para pengurus yang sebagian besar adalah para orang tua ini adalah pensiunan yang totalitas fokus pada pengobatan anak-anak dengan kanker.

Sebagian pengurus YKAKI memang orang tua dari anak penderita kanker, seperti yang dialami oleh Ira Soelistyo selaku Ketua YKAKI. Ira dikisahkan mendirikan YKAKI setelah 20 tahun merawat anaknya yang terkena kanker sejak usia empat tahun, meski pada akhirnya sang anak harus menyerah terhadap kanker.

Pengabdian dan cinta orang tua terhadap anaknya inilah yang membuat Mardi dan kawan-kawan tak membutuhkan sepeser pun upah atas waktu, tenaga, pikiran mereka untuk anak-anak kanker Indonesia.

"Kenapa para pengurusnya tua, karena kami memahami yang muda-muda saat usia produktif pasti membutuhkan asupan dan tidak bisa seratus persen fokus, sedangkan kami benar-benar fokus pada anak-anak, kami tidak digaji," papar Mardi.

"Meski tidak menjadi pengurus, tapi saya bangga yang muda saat ini lebih peduli. Kadang yang sekolah dan komunitas lainnya datang ke rumah singgah ngajar atau memberi sumbangan," katanya.

No comments:

Post a Comment