Friday, 12 February 2016

Upaya Ilmuwan Perangi Zika dari Berbagai Sisi

Upaya Ilmuwan Perangi Zika dari Berbagai SisiIlmuwan berjuang untuk memerangi zika (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para ilmuwan kini sedang sibuk meneltiti virus zika dari berbagai sisi. Mereka mencari tahu kebenaran adanya hubungan virus zika dengan kecacatan lahir dan gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan.

Berbagai upaya dilakukan untuk menemukan obat virus ini. Dari membuat nyamuk rekayasa genetika, mencari pestisida kimia yang lebih aman dan efektif, serta mengembangkan obat-obatan untuk mengobati dan mencegah infeksi virus Zika.

"Tujuan kami adalah untuk merancang vaksin yang bisa dipasarkan relatif cepat, yang akan menjadi satu-satunya senjata dan itu akan efektif terhadap strain baru virus Zika yang beredar di Amerika," kata Direktur Universitas Georgia (UGA) Pusat Vaksin dan Imunologi, Ted Ross dikutip dari Fox News.

Para peneliti dari UGA yang berkolaborasi dengan laboratorium GeoVax di Atlanta menjadi salah satu pihak yang tengah berusaha memberantas zika dengan menggunakan vaksin. Mereka tengah mengembangkan vaksin menggunakan platform perusahaan yang tentunya sudah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.

Ross mengatakan para peneliti kemungkinan bisa mengembangkan vaksin lima sampai tujuh tahun, lebih cepat dari proses normal yang memakan waktu 10-20 tahun.

"Untuk penggunaan darurat, vaksin bisa dipasarkan jauh lebih cepat jika diperlukan. Itu tergantung seberapa cepat zika menyebar ke seluruh Amerika dan ke Amerika Serikat. Jika benar-benar diperlukan bisa dalam waktu dua tahun dipasarkan."

Sementara ada yang mengurus vaksin, pihak lainnya mencoba menangani virus zika dengan melakukan rekayasa genetika pada nyamuk. Perusahaan Bioteknologi Inggris Oxitec saat ini sedang menunggu persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Oxitec telah memodifikasi versi nyamuk Aedes aegypti, vektor pembawa virus zika. Ketika nyamuk laki-laki dimodifikasi dan dilepaskan ke alam liar, mereka kawin dengan nyamuk betina dan mewariskan gen yang menyebabkan anak-anak mereka mati sebelum mencapai usia dewasa.

Dari hasil pengujian di lapangan di Pulau Cayman, Malaysia, dan Brazil, Oxitec melaporkan nyamuk modifikasinya telah mengurangi populasi Aedes aegypti di wilayah tersebut lebih dari 90 persen selama enam bulan.

Sayangnya, cara ini dikhawatirkan akan menghilangkan spesies nyamuk dari lingkungan. Namun, CEO Oxitec Hadyn Parry mengatakan nyamuk Aedes aegypti liar bukan merupakan spesies asli Amerika. Dan gen tersebut membuat nyamuk modifikasi tetap di bawah kontrol.

"Orang menganggap jika meletakkan gen baru ke lingkungan, itu akan menyebar dan akan menetap di sana, dan tidak akan kembali. Padahal ketika kita memutuskan untuk menghentikannya, mereka benar-benar akan menghilang dari lingkungan. Anda tidak akan menemukan mereka lagi setelah beberapa minggu," ujar Parry.

Cara lain untuk memerangi penyebaran virus zika adalah dengan menggunakan semprotan kimia karena nyamuk Aedes aegypti cenderung menggigit manusia dibandingkan hewan. Tempat perkembangbiakan mereka pun sering ditemukan di dekat atau di dalam rumah penduduk.

Pendiri Emory Healthcare TravelWell Center, salah satu pusat medis pertama di Amerika Serikat yang mengkhususkan diri dalam obat tropis dan wisata Doktor Phyllis Kozarsky mengatakan nyamuk tersebut tidak hanya berkembang di rawa, sawah, dan daerah pedesaan. Nyamuk tersebut juga berkembang biak di dekat manusia.

Tapi, penggunaan semprotan kimia untuk memberantas nyamuk dinilai membahayakan ekosistem lingkungan. Sebab, hal tersebut justru akan memberantas beberapa spesies serangga lainnya.

No comments:

Post a Comment