Jakarta, CNN Indonesia -- Hingga saat ini hubungan antara virus Zika dengan mikrosefalus masih terus diteliti. Sebab, masih belum ada bukti yang kuat dan 100 persen bisa dibuktikan secara ilmiah terkait hubungan keduanya.
Peneliti dari Lembaga Eijkman Amin Soebandrio mengatakan hanya ada satu kasus Zika yang diduga memiliki hubungan erat dengan mikrosefalus. Para peneliti menemukan virus Zika itu bersarang di bayi yang mengalami mikrosefalus.
"Saat diperiksa, ternyata betul di dalam otaknya ada virus. Bayinya kemudian digugurkan. Itu baru memperkuat dugaan, belum 100 persen terbukti, karena harus melakukan penelitian lagi," kata Amin usai acara 'Diskusi Panel Virus Zika' di Universitas Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.
Amin menjelaskan virus Zika bukan satu-satunya penyebab mikrosefalus. Semua virus yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan janin bisa menyebabkan mikrosefalus.
Jadi, belum tentu bayi yang lahir dengan mikrosefalus terkena virus Zika, atau sebaliknya, ibu yang terkena virus Zika akan melahirkan bayi dengan mikrosefalus.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan mikrosefalus. Pertama adalah kelainan genetik. Sebab lainnya adalah infeksi, seperti campak Jerman (rubella), toksoplasmosis yang disebabkan parasit pada daging mentah dan kotoran kucing, juga Cytomegalovirus.
Cytomegalovirus adalah kelompok virus yang biasa menyerang manusia dan kera. Pada manusia, Cytomegalovirus disebut human cytomegalovirus atau HCMV. Beberapa jenis penyakit yang disebabkan HCMV adalah toxoplasmosis, rubella, dan herpes simplex. Tercatat, lima dari seribu kelahiran bayi terinfeksi HCMV.
Selain dari genetik dan infeksi kelompok virus, janin dapat terkena mikrosefalus akibat konsumsi alkohol oleh ibu selama masa kehamilan, malnutrisi, serta diabetes. Bila terjadi cacat pada tahun pertama bayi, itu dapat disebabkan luka pada otak semasa kehamilan.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan Brasil Marcelo Castro mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah negaranya sangat yakin virus Zika memiliki hubungan dengan kecacatan lahir. Padahal bukti ilmiah masih belum ditemukan dan penelitian tentang hal tersebut masih terus berlangsung.
Castro mengatakan beda enam bulan antara waktu mewabahnya virus Zika dengan melonjaknya laporan kasus mikrosefalus bukanlah sebuah kebetulan belaka.
"Kami sangat yakin ada hubungan sebab-akibat antara mikrosefalus dengan zika," kata Castro dikutip dari Time. Menurutnya, para peneliti di pemerintahan setempat sepakat dengan pernyataan tersebut.
Peneliti dari Lembaga Eijkman Amin Soebandrio mengatakan hanya ada satu kasus Zika yang diduga memiliki hubungan erat dengan mikrosefalus. Para peneliti menemukan virus Zika itu bersarang di bayi yang mengalami mikrosefalus.
"Saat diperiksa, ternyata betul di dalam otaknya ada virus. Bayinya kemudian digugurkan. Itu baru memperkuat dugaan, belum 100 persen terbukti, karena harus melakukan penelitian lagi," kata Amin usai acara 'Diskusi Panel Virus Zika' di Universitas Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.
Amin menjelaskan virus Zika bukan satu-satunya penyebab mikrosefalus. Semua virus yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan janin bisa menyebabkan mikrosefalus.
Jadi, belum tentu bayi yang lahir dengan mikrosefalus terkena virus Zika, atau sebaliknya, ibu yang terkena virus Zika akan melahirkan bayi dengan mikrosefalus.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan mikrosefalus. Pertama adalah kelainan genetik. Sebab lainnya adalah infeksi, seperti campak Jerman (rubella), toksoplasmosis yang disebabkan parasit pada daging mentah dan kotoran kucing, juga Cytomegalovirus.
Cytomegalovirus adalah kelompok virus yang biasa menyerang manusia dan kera. Pada manusia, Cytomegalovirus disebut human cytomegalovirus atau HCMV. Beberapa jenis penyakit yang disebabkan HCMV adalah toxoplasmosis, rubella, dan herpes simplex. Tercatat, lima dari seribu kelahiran bayi terinfeksi HCMV.
Selain dari genetik dan infeksi kelompok virus, janin dapat terkena mikrosefalus akibat konsumsi alkohol oleh ibu selama masa kehamilan, malnutrisi, serta diabetes. Bila terjadi cacat pada tahun pertama bayi, itu dapat disebabkan luka pada otak semasa kehamilan.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan Brasil Marcelo Castro mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah negaranya sangat yakin virus Zika memiliki hubungan dengan kecacatan lahir. Padahal bukti ilmiah masih belum ditemukan dan penelitian tentang hal tersebut masih terus berlangsung.
Castro mengatakan beda enam bulan antara waktu mewabahnya virus Zika dengan melonjaknya laporan kasus mikrosefalus bukanlah sebuah kebetulan belaka.
"Kami sangat yakin ada hubungan sebab-akibat antara mikrosefalus dengan zika," kata Castro dikutip dari Time. Menurutnya, para peneliti di pemerintahan setempat sepakat dengan pernyataan tersebut.
No comments:
Post a Comment