Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah parasit mikroskopis yang berkembang biak di tubuh kucing ditemukan memiliki kemampuan membuat simpanse yang terinfeksi parasit tersebut menjadi kurang takut terhadap predatornya.
Para peneliti menilai, mikroba itu juga dapat memengaruhi sikap seseorang ketika terinfeksi pada tubuh manusia.
Kajian tentang toksoplasama gondii, yang diprediksi telah menginfeksi sekitar 1000 orang di Inggris setiap harinya, menemukan bahwa simpanse yang terinfeksi akan mudah mencium keberadaan macan tutul, yang merupakan predator mereka di alam liar.
Dalam studi tersebut, ditemukan juga bahwa tikus yang terinfeksi parasit kucing kehilangan naluri takutnya atas seekor kucing. Kini, perilaku yang sama juga muncul ketika toksoplasma gondii menyerang tubuh simpanse.
Parasit ini, menurut para peneliti, jika masuk ke dalam darah dapat memicu pembentukan kista pada bagian kepala yakni Amigdala. Amigdala sendiri merupakan bagian dari otak yang mendeteksi rasa takut.
Beberapa kajian juga sempat mengindikasikan bahwa parasit toksoplasma dapat berdampak pada perilaku seseorang dengan melambatkan reaksi manusia. Hal itu dinilai beresiko besar terhadap manusia.
Ada juga studi lainnya yang menghubungkan parasit kucing ini dengan ganguan psikis yang akan dialami manusia, dan dapat memicu keinginan untuk menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri.
Tak hanya itu, parasit ini juga dikabarkan mampu memicu skizofrenia.
Pada riset terakhir, parasit diuji kepada 33 simpanse yang sudah dan belum terinfeksi parasit di Gabon, Afrika. Para peneliti menemukan, simpanse yang terinfeksi ternyata lebih berhasrat mencari tahu keberadaan macan tutul saat mengendus urine macan tersebut.
Padahal normalnya, simpanse bakal kabur setiap kali mencium aroma macan tutul.
Meski begitu, perubahan sikap simpanse ini tidak terlihat ketika mereka didekati dengan sumber bau urine singa ataupun macan. Padahal keduanya juga predator natural simpanse.
Kepala kajian Evolusi dan Fungsional Ekologi di Montpellier, Perancis, Clemence Poirotte mengatakan bahwa Toksoplasma Gondii dipastikan dapat menginfeksi berbagai spesies, termasuk manusia.
"Namun parasit ini harus berakhir di spesies kucing untuk dapat kembali mereproduksi dan menyempurnakan rantai kehidupannya," ujarnya, seperti dikutip dari laman Independent.
Poirotte menjelaskan, parasit yang ada di kucing berasal dari mangsanya yang terinfeksi parasit tersebut. Sikap menghindari mangsa, seperti sikap hewan pengerat terhadap spesies kucing, menjadi bentuk hambatan alami akibat parasit tersebut.
"Toksoplasma gondii ini dapat merangsang perubahan sikap pada parasit di tubuh hewan pengerat. Membuat tikus mudah tertarik dengan urine kucing, yang akhirnya dapat mentransmisi parasit," katanya.
Para peneliti menilai, mikroba itu juga dapat memengaruhi sikap seseorang ketika terinfeksi pada tubuh manusia.
Kajian tentang toksoplasama gondii, yang diprediksi telah menginfeksi sekitar 1000 orang di Inggris setiap harinya, menemukan bahwa simpanse yang terinfeksi akan mudah mencium keberadaan macan tutul, yang merupakan predator mereka di alam liar.
Dalam studi tersebut, ditemukan juga bahwa tikus yang terinfeksi parasit kucing kehilangan naluri takutnya atas seekor kucing. Kini, perilaku yang sama juga muncul ketika toksoplasma gondii menyerang tubuh simpanse.
Parasit ini, menurut para peneliti, jika masuk ke dalam darah dapat memicu pembentukan kista pada bagian kepala yakni Amigdala. Amigdala sendiri merupakan bagian dari otak yang mendeteksi rasa takut.
Beberapa kajian juga sempat mengindikasikan bahwa parasit toksoplasma dapat berdampak pada perilaku seseorang dengan melambatkan reaksi manusia. Hal itu dinilai beresiko besar terhadap manusia.
Ada juga studi lainnya yang menghubungkan parasit kucing ini dengan ganguan psikis yang akan dialami manusia, dan dapat memicu keinginan untuk menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri.
Tak hanya itu, parasit ini juga dikabarkan mampu memicu skizofrenia.
Pada riset terakhir, parasit diuji kepada 33 simpanse yang sudah dan belum terinfeksi parasit di Gabon, Afrika. Para peneliti menemukan, simpanse yang terinfeksi ternyata lebih berhasrat mencari tahu keberadaan macan tutul saat mengendus urine macan tersebut.
Padahal normalnya, simpanse bakal kabur setiap kali mencium aroma macan tutul.
Meski begitu, perubahan sikap simpanse ini tidak terlihat ketika mereka didekati dengan sumber bau urine singa ataupun macan. Padahal keduanya juga predator natural simpanse.
Kepala kajian Evolusi dan Fungsional Ekologi di Montpellier, Perancis, Clemence Poirotte mengatakan bahwa Toksoplasma Gondii dipastikan dapat menginfeksi berbagai spesies, termasuk manusia.
"Namun parasit ini harus berakhir di spesies kucing untuk dapat kembali mereproduksi dan menyempurnakan rantai kehidupannya," ujarnya, seperti dikutip dari laman Independent.
Poirotte menjelaskan, parasit yang ada di kucing berasal dari mangsanya yang terinfeksi parasit tersebut. Sikap menghindari mangsa, seperti sikap hewan pengerat terhadap spesies kucing, menjadi bentuk hambatan alami akibat parasit tersebut.
"Toksoplasma gondii ini dapat merangsang perubahan sikap pada parasit di tubuh hewan pengerat. Membuat tikus mudah tertarik dengan urine kucing, yang akhirnya dapat mentransmisi parasit," katanya.
No comments:
Post a Comment