Jakarta, CNN Indonesia -- Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi ketika orang dilanda stres. Kemungkinan yang paling sering terjadi adalah meningkatnya berat badan. Hormon kortisol yang tinggi akan mengurangi kontrol diri sehingga akan memperkuat rasa ngidam makanan.
Di sisi lain, ada juga orang yang kehilangan berat badan ketika stres. Berdasarkan sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Experimental Physiology, penyebab perbedaan tersebut terjadi karena tubuh manusia memiliki respons yang berbeda terhadap stres psikologis.
Para peneliti menduga, stres psikologis yang ringan bisa mengaktifkan jaringan lemak cokelat. Jaringan tersebut dapat meningkatkan panas tubuh dengan membakar kalori. Hal tersebut mengakibatkan sensitivitas insulin meningkat dan menyeimbangkan kadar gula dalam darah.
Sejak lemak coklat telah terbukti untuk membakar kalori lebih banyak dibandingkan lemak putih, beberapa ahli percaya lemak cokelat memiliki potensi untuk mengobati obesitas.
Untuk menguji dugaan mereka, para peneliti meminta lima perempuan bertubuh langsing untuk menyelesaikan satu seri tes matematika sebelum memberikan mereka video relaksasi. Sampel air liur mereka juga diambil untuk mengukur perubahan tingkat hormon kortisol.
Para peneliti juga menggunakan termografi infra merah untuk mendeteksi adanya perubahan temperatur pada area kulit, tempat lemak cokelat paling banyak berada. Sebagian besar ada di bagian daerah leher.
Tes matematika tidak membuat para perempuan itu stres tapi antisipasi mereka terhadap tes yang justru membuat mereka stres. Hal tersebut membuat hormon kortisol meningkat dan 'memanaskan' lemak cokelat.
Hormon kortisol yang meningkat akan memancing aktivitas lemak cokelat sehingga membuat kalori terbakar.
Profesor dari The School of Medicine, University of Nottingham Michael E. Symonds mengatakan, orang dewasa biasanya memiliki lemak cokelat sebanyak 50-100 gram. Sementara orang yang memiliki indeks massa tubuh lebih rendah cenderung memiliki lemak cokelat yang lebih banyak.
Symonds mengatakan, lemak cokelat dan indeks massa tubuh berbanding terbalik. Jika indeks massa tubuh besar, maka jumlah lemak cokelat akan lebih sedikit. Namun, kata dia, hal itu masih harus dikembangkan lebih dalam lagi.
"Karena kapasitasnya untuk menghasilkan panas 300 kali lebih besar (per satuan massa) daripada jaringan lainnya, lemak cokelat memiliki potensi untuk mempercepat metabolisme glukosa dan lipid," kata Symonds.
Ia juga mengatakan para peneliti harus memahami lebih baik lagi faktor utama yang menyebabkan aktivitas lemak cokelat ini meningkat. Sebab, hal ini nantinya juga bisa berhubungan dengan obesitas dan diabetes.
Di sisi lain, ada juga orang yang kehilangan berat badan ketika stres. Berdasarkan sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Experimental Physiology, penyebab perbedaan tersebut terjadi karena tubuh manusia memiliki respons yang berbeda terhadap stres psikologis.
Para peneliti menduga, stres psikologis yang ringan bisa mengaktifkan jaringan lemak cokelat. Jaringan tersebut dapat meningkatkan panas tubuh dengan membakar kalori. Hal tersebut mengakibatkan sensitivitas insulin meningkat dan menyeimbangkan kadar gula dalam darah.
Sejak lemak coklat telah terbukti untuk membakar kalori lebih banyak dibandingkan lemak putih, beberapa ahli percaya lemak cokelat memiliki potensi untuk mengobati obesitas.
Untuk menguji dugaan mereka, para peneliti meminta lima perempuan bertubuh langsing untuk menyelesaikan satu seri tes matematika sebelum memberikan mereka video relaksasi. Sampel air liur mereka juga diambil untuk mengukur perubahan tingkat hormon kortisol.
Para peneliti juga menggunakan termografi infra merah untuk mendeteksi adanya perubahan temperatur pada area kulit, tempat lemak cokelat paling banyak berada. Sebagian besar ada di bagian daerah leher.
Tes matematika tidak membuat para perempuan itu stres tapi antisipasi mereka terhadap tes yang justru membuat mereka stres. Hal tersebut membuat hormon kortisol meningkat dan 'memanaskan' lemak cokelat.
Hormon kortisol yang meningkat akan memancing aktivitas lemak cokelat sehingga membuat kalori terbakar.
Profesor dari The School of Medicine, University of Nottingham Michael E. Symonds mengatakan, orang dewasa biasanya memiliki lemak cokelat sebanyak 50-100 gram. Sementara orang yang memiliki indeks massa tubuh lebih rendah cenderung memiliki lemak cokelat yang lebih banyak.
Symonds mengatakan, lemak cokelat dan indeks massa tubuh berbanding terbalik. Jika indeks massa tubuh besar, maka jumlah lemak cokelat akan lebih sedikit. Namun, kata dia, hal itu masih harus dikembangkan lebih dalam lagi.
"Karena kapasitasnya untuk menghasilkan panas 300 kali lebih besar (per satuan massa) daripada jaringan lainnya, lemak cokelat memiliki potensi untuk mempercepat metabolisme glukosa dan lipid," kata Symonds.
Ia juga mengatakan para peneliti harus memahami lebih baik lagi faktor utama yang menyebabkan aktivitas lemak cokelat ini meningkat. Sebab, hal ini nantinya juga bisa berhubungan dengan obesitas dan diabetes.
No comments:
Post a Comment