Jakarta, CNN Indonesia -- Apa yang biasa terbayang dari seekor kutu? Kebanyakan akan membayangkan makhluk kecil yang kerap bersembunyi di balik benda yang tak terawat atau bersemayam di balik bulu hewan kesayangan.
Badan yang mungil tak memberi jaminan kutu tidak menyebabkan penyakit serius. Karena sebenarnya kutu dapat menjadi pembawa sebuah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit cukup serius bernama Lyme.
Baru-baru ini di Amerika Serikat, para peneliti dari US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan ada bakteri baru yang menyebabkan Lyme setelah sebelumnya bakteri Borrelia burgdoferi yang disebut sebagai penyebab Lyme.
Bakteri yang ditemukan dan dipublikasi di jurnal Lancet Infectious Disease tersebut masih satu golongan dengan Borrelia burgdoferi, yaitu Borrelia mayonii.
Lyme merupakan salah satu penyakit yang dapat menular antar manusia ataupun dengan binatang selama masih dapat dijangkau oleh kutu. Bakteri penyebab Lyme masuk ke tubuh ketika kutu mengigit dan menghisap darah. Lyme memiliki gejala sakit kepala, sakit punggung, dingin, dan kelelahan.
Sebanyak 75 persen gejala dari Lyme yang tampak adalah adanya bintik merah lebar di daerah kutu menggigit, ruam ini disebut erythema migrans. Ruam yang muncul tiga hingga 30 hari setelah digigit kutu ini mirip dengan ruam karena digigit oleh tungau.
Ruam merah dapat muncul semakin melebar 30 centimeter setiap harinya. Gejala ini bila lambat ditangani hingga berbulan-bulan dapat menyebabkan berbagai gejala lainnya, seperti sakit kepala, radang sendiri, bell's palsy, sakit di bagian otot dan tulang, sulit bernafas, hingga kesulitan dalam memori.
Bakteri baru yang ditemukan, Borrelia mayonii, selain menyebabkan gejala yang sama dengan Lyme pada umumnya, juga membuat penderita mual dan muntah dengan infeksi yang lebih luas pada tubuh.
Sejauh ini para peneliti CDC mencatat penyebaran jenis bakteri baru masih terbatas di Amerika Serikat, seperti Minnesota, Wisconsin, dan North Dakota. Selain itu, bakteri jenis ini masih merespon dengan penggunaan antibiotik umum yang sering digunakan.
"CDC bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat di Minnesota, North Dakota, dan Wisconsin untuk lebih memahami Borrelia mayonii dan merencanakan investigasi lebih lanjut di masa depan, termasuk penjabaran lebih baik tentang aspek klinis dari penyakit dan persebaran geografis dari kutu yang terinfeksi bakteri ini." kata pihak CDC seperti dilansir oleh Time.
Sejauh ini pihak CDC memberikan anjuran pencegahan dengan menjauhi wilayah dengan kutu yang terinfeksi seperti di kawasan bagian barat Amerika Serikat bagian. Tak hanya itu, masyarakat dianjurkan juga untuk menggunakan pengusir serangga dengan kandungan konsentrasi 20 persen diethyl-meta-toluamide atau DEET pada pakaian dan kulit yang terbuka.
Di Amerika Serikat, jumlah penderita Lyme semakin bertambah sejak 1995, dengan puncak kejadian pada 2009. Menurut data yang ada di laman resmi CDC, pada 2014 terjadi sekitar 25 ribu kasus positif Lyme.
Badan yang mungil tak memberi jaminan kutu tidak menyebabkan penyakit serius. Karena sebenarnya kutu dapat menjadi pembawa sebuah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit cukup serius bernama Lyme.
Baru-baru ini di Amerika Serikat, para peneliti dari US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan ada bakteri baru yang menyebabkan Lyme setelah sebelumnya bakteri Borrelia burgdoferi yang disebut sebagai penyebab Lyme.
Bakteri yang ditemukan dan dipublikasi di jurnal Lancet Infectious Disease tersebut masih satu golongan dengan Borrelia burgdoferi, yaitu Borrelia mayonii.
Lyme merupakan salah satu penyakit yang dapat menular antar manusia ataupun dengan binatang selama masih dapat dijangkau oleh kutu. Bakteri penyebab Lyme masuk ke tubuh ketika kutu mengigit dan menghisap darah. Lyme memiliki gejala sakit kepala, sakit punggung, dingin, dan kelelahan.
Sebanyak 75 persen gejala dari Lyme yang tampak adalah adanya bintik merah lebar di daerah kutu menggigit, ruam ini disebut erythema migrans. Ruam yang muncul tiga hingga 30 hari setelah digigit kutu ini mirip dengan ruam karena digigit oleh tungau.
Ruam merah dapat muncul semakin melebar 30 centimeter setiap harinya. Gejala ini bila lambat ditangani hingga berbulan-bulan dapat menyebabkan berbagai gejala lainnya, seperti sakit kepala, radang sendiri, bell's palsy, sakit di bagian otot dan tulang, sulit bernafas, hingga kesulitan dalam memori.
Bakteri baru yang ditemukan, Borrelia mayonii, selain menyebabkan gejala yang sama dengan Lyme pada umumnya, juga membuat penderita mual dan muntah dengan infeksi yang lebih luas pada tubuh.
Sejauh ini para peneliti CDC mencatat penyebaran jenis bakteri baru masih terbatas di Amerika Serikat, seperti Minnesota, Wisconsin, dan North Dakota. Selain itu, bakteri jenis ini masih merespon dengan penggunaan antibiotik umum yang sering digunakan.
"CDC bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat di Minnesota, North Dakota, dan Wisconsin untuk lebih memahami Borrelia mayonii dan merencanakan investigasi lebih lanjut di masa depan, termasuk penjabaran lebih baik tentang aspek klinis dari penyakit dan persebaran geografis dari kutu yang terinfeksi bakteri ini." kata pihak CDC seperti dilansir oleh Time.
Sejauh ini pihak CDC memberikan anjuran pencegahan dengan menjauhi wilayah dengan kutu yang terinfeksi seperti di kawasan bagian barat Amerika Serikat bagian. Tak hanya itu, masyarakat dianjurkan juga untuk menggunakan pengusir serangga dengan kandungan konsentrasi 20 persen diethyl-meta-toluamide atau DEET pada pakaian dan kulit yang terbuka.
Di Amerika Serikat, jumlah penderita Lyme semakin bertambah sejak 1995, dengan puncak kejadian pada 2009. Menurut data yang ada di laman resmi CDC, pada 2014 terjadi sekitar 25 ribu kasus positif Lyme.
No comments:
Post a Comment