Tuesday, 15 December 2015

Dermatitis Atopic, Kelainan Genetik Penyebab Gatal

Dermatitis Atopic, Kelainan Genetik Penyebab GatalIlustrasi gatal. (Thinkstock/Tharakorn)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi kulit yang kadang muncul ruam kemerahan disertai dengan gatal, apalagi seringkali kumat, baiknya jangan digaruk. Bisa jadi ruam itu adalah kondisi yang disebut dermatitis atopic atau eksim atopik. Penyakit ini hanya muncul pada orang yang memiliki kulit sensitif.

"Eksim itu istilah umum dari peradangan kulit yang biasanya gatal, atau disebut dermatitis. Penyebabnya bisa banyak hal. Kalau pada dermatitis atopic, karena ada ketidaksempurnaan pada kulit orang tersebut sehingga mudah gatal, lebih karena faktor genetik," kata Rachel Djuanda, dokter spesialis kulit Rumah Sakit Bunda Menteng, kepada CNNIndonesia.com saat ditemui di 'Seminar Dermatitis Atopic' di All Season Hotel Jalan Sudirman Jakarta Pusat, Selasa (15/12).

Dermatitis atopic pada umumnya diderita oleh anak-anak di bawah lima tahun, dan biasanya disebut ruam susu yang terletak pada pipi. Kondisi ini memiliki prevalensi atau frekuensi kemunculan sebesar sembilan hingga 21 persen. Bila ruam tersebut sering muncul hingga dewasa, maka dapat dikatakan sebagai dermatitis atopic. Namun pada orang dewasa, prevalensinya muncul hanya dua hingga sepuluh persen.

Dalam dermatitis atopic, faktor genetis berperan dominan. Menurut Rachel, kondisi kulit yang sensitif dan kering, maka akan memudahkan kuman masuk ke dalam lapisan kulit dan menyebabkan peradangan. Dengan sistem imun yang lemah, maka peluang munculnya kembali atau kumat akan semakin besar.

Meski terlihat tipis, kulit sebenarnya adalah pertahanan paling awal tubuh dari berbagai faktor eksternal yang dapat menyebabkan penyakit. Kulit sendiri memiliki beberapa lapisan, yaitu epidermis yang terletak paling luar, kemudian dermis, dan hipodermis yang terletak paling dalam.

Di dalam kulit, terdapat corneocyte yang merupakan pengisi stratum corneoum, komponen paling dominan dari epidermis. Pada kulit normal, corneocyte memiliki ukuran yang besar dan dapat mencegah penguapan carian tubuh secara berlebih sehingga kulit menjadi lembab. Namun, pada kulit kering, corneocyte berukuran lebih kecil sehingga ruang penguapan menjadi lebih luas, sehingga mempercepat penguapan dan kulit menjadi lebih kering.

"Biasanya kalau bapak atau ibunya memiliki kulit yang sensitif, itu dapat menurun ke anaknya. Atau memiliki beberapa penyakit seperti asma, alergi, itu satu grup tuh, sama saja. Sekarang tinggal penyakit yang mana yang akan muncul, tapi biasanya kulit akan kena," kata Rachel.

"Jadi ruam susu itu, bila dibilang karena ASI menetes dan tidak dilap itu salah. Tidak ada dokter yang tahu mengapa ruam pada anak kecil itu muncul di bagian pipi saja, itu jadi ciri khas. Kalau pada orang dewasa, ruam atopic dapat muncul di mana pun, dan bila termasuk atopic, ya sudah, jadi nasib. Memang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tetapi dapat dicegah untuk kambuh," kata Rachel.

Cara pencegahan kambuhnya atopic menurut Rachel adalah perubahan gaya hidup dan penggunaan pelembab di bagian-bagian yang sering menjadi lokasi munculnya atopic. Perubahan gaya hidup dapat berupa menghindari mengonsumsi makanan penyebab reaksi dermatitis atopic, atau menghindari zat atau benda ataupun perilaku yang dapat menghindari ruam atopic tersebut, muncul.

Penggunaan pelembab juga dapat membantu kulit yang kering ataupun sensitif menghindari terjadinya dermatitis atopic. Untuk pelembab sendiri harus dipilih setelah mengetahui jenis kulit yang dimiliki. Jenis pelembab dalam bentuk lotion merupakan yang paling ringan dan berbentuk lebih cair sehingga mudah meresap.

Lalu jenis pelembab krim memiliki minyak yang lebih banyak dan lebih lengket dibandingkan lotion. Sedangkan jenis balm, baiknya digunakan dalam kondisi khusus karena sangat lengket pada kulit. Untuk pengidap dermatitis atopic sendiri Rachel menyarankan untuk menggunakan pelembab tanpa zat tambahan lainnya, walaupun memang lebih mahal dibandingkan yang ada di pasaran.

"Kalau misalkan sudah terjadi sebenarnya ngobatin-nya mudah saja, bisa dikasih kortikosteroid topikal, tapi yang paling penting sebenarnya adalah pencegahan,” kata Rachel.

No comments:

Post a Comment