Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi sebagian pemilik akun media sosial mengunggah foto makanan yang akan disantap sudah bagai kebiasaan yang tak dapat dihilangkan. Instagram dan Path menjadi dua media sosial yang kerap digunakan untuk memamerkan foto makanan.
Bagi mereka yang dapat memanfaatkan smartphone dengan maksimal biasanya mengunggah foto makanan layakanya fotografer profesional. Bermacam-macam aplikasi dengan pilihan fitur seakan dapat menyulap foto makanan menjadi sangat menggiurkan.
Sebenarnya, ketergantungan akan aplikasi pengolah foto dapat dihindari. Hanya saja, Anda harus mengetahui triknya. Seperti yang diungkapkan oleh fotografer khusus makanan atau foodgrapher, Vika Rahma. Saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Vika membeberkan triknya.
1. Konsep jelas.
"Kalau di luar teknis, yang paling pertama harus diperhatikan itu ya konsep, mau seperti apa fotonya?" kata Vika
"Baru kemudian angle, lighting, dan properti, itu semua memengaruhi mood dari foto makanan. Misal ingin foto spagetti atau nasi, nah itu harus sudah ada bayangan mau seperti apa fotonya," kata Vika.
Angle yang dimaksud Vika adalah sudut pandang kamera yang akan digunakan untuk mengambil keindahan objek makanan. Ada beberapa angle yang biasa digunakan, yaitu nol derajat, 30, 45, hingga 90 derajat atau dari atas.
Menurut Vika, keputusan menggunakan angle tergantung tekstur makanan, ukuran penyajian, dan kembali lagi ke konsep makanan. Dia menyarankan untuk makanan bertekstur seperti sayuran menggunakan 45 derajat, ini juga berlaku pada makanan yang biasanya menggunakan pinggan lebar.
2. Atur komposisi dan warna.
"Untuk pengguna gawai (smartphone), baiknya menggunakan grid atau garis bantu, itu sangat membantu dalam menentukan komposisi gambar. Di HP sekarang juga sudah ada aplikasi edit foto jadi lebih mudah," kata Vika.
Dia mengaku untuk penggunaan aplikasi edit foto sebenarnya tergantung selera masing-masing pengguna. Namun dia menilai, foto makanan yang semakin nyata dengan aslinya adalah yang terbaik. Menaikan cahaya ataupun kontras satu level dapat dilakukan untuk membuat foto lebih 'bernyawa'.
"Misal merah nih, itu bisa bikin orang semakin lapar. Sedangkan hijau, bisa lebih segar. Kadang warna di kamera dengan aslinya berbeda, jadi harus diatur biar lebih menarik dan membuat orang lapar," kata Vika.
3. Jangan gunakan lampu kilat.
Menurut Vika, tindakan yang perlu dihindari dalam memotret makanan adalah penggunaan lampu kilat atau flash. Hal ini dapat menyebabkan tekstur makanan menjadi hilang karena cahaya terlalu terang.
"Kalau ingin pakai flash, jangan langsung. Cahaya lingkungan juga harus diperhatikan agar jangan masuk ke makanan, kecuali menggunakan tambahan melalui lighting khusus," kata Vika.
Bila kondisi ruangan gelap, dia menyarankan menggunakan tripod bagi pengguna DSLR. Ketika ruangan gelap, ISO kamera baiknya dinaikkan dan speed dibuat lebih lama. Penggunaan tripod berfungsi mengurangi goncangan pada kamera saat speed menjadi lebih lambat, sehingga cahaya dapat masuk ke diafragma kamera lebih lama sehingga menghasilkan gambar yang terang.
"Kalau lewat HP agak susah, ngakalinnya pas edit saja. Kan buat media sosial jadi tidak butuh yang gambar besar. Oiya, bawa reflektor dari kertas putih. Lalu kadar cahayanya dinaikkan saat editing," katanya.
4. Harus cepat.
Menurut Vika, salah satu kesulitan mengambil foto makanan adalah masalah durasi. Akan lebih baik bila makanan difoto ketika masih segar ataupun baru saja dimasak. Ini dapat meningkatkan selera orang saat melihat foto itu.
"Begitu makanan datang, langsung difoto saja, kan asapnya masih aja jadi terlihat masih segar. Itu sih susahnya foto makanan, kalau kelamaan jadinya makanannya sudah tidak segar, entah layu kalau sayur, atau ngembang kalau mie. Paling tidak enak adalah saat makan sudah rada dingin." kata Vika.
5. Banyak berlatih
Hal terakhir yang Vika sarankan bagi para pecinta foto makanan pemula, adalah sering berlatih dan mencari referensi foto. Bila sering berlatih, lambat laun akan menemukan gaya tersendiri dan jangan takut untuk mencoba berbagai gaya.
Bagi mereka yang dapat memanfaatkan smartphone dengan maksimal biasanya mengunggah foto makanan layakanya fotografer profesional. Bermacam-macam aplikasi dengan pilihan fitur seakan dapat menyulap foto makanan menjadi sangat menggiurkan.
Sebenarnya, ketergantungan akan aplikasi pengolah foto dapat dihindari. Hanya saja, Anda harus mengetahui triknya. Seperti yang diungkapkan oleh fotografer khusus makanan atau foodgrapher, Vika Rahma. Saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Vika membeberkan triknya.
1. Konsep jelas.
"Kalau di luar teknis, yang paling pertama harus diperhatikan itu ya konsep, mau seperti apa fotonya?" kata Vika
"Baru kemudian angle, lighting, dan properti, itu semua memengaruhi mood dari foto makanan. Misal ingin foto spagetti atau nasi, nah itu harus sudah ada bayangan mau seperti apa fotonya," kata Vika.
Angle yang dimaksud Vika adalah sudut pandang kamera yang akan digunakan untuk mengambil keindahan objek makanan. Ada beberapa angle yang biasa digunakan, yaitu nol derajat, 30, 45, hingga 90 derajat atau dari atas.
Menurut Vika, keputusan menggunakan angle tergantung tekstur makanan, ukuran penyajian, dan kembali lagi ke konsep makanan. Dia menyarankan untuk makanan bertekstur seperti sayuran menggunakan 45 derajat, ini juga berlaku pada makanan yang biasanya menggunakan pinggan lebar.
2. Atur komposisi dan warna.
"Untuk pengguna gawai (smartphone), baiknya menggunakan grid atau garis bantu, itu sangat membantu dalam menentukan komposisi gambar. Di HP sekarang juga sudah ada aplikasi edit foto jadi lebih mudah," kata Vika.
Dia mengaku untuk penggunaan aplikasi edit foto sebenarnya tergantung selera masing-masing pengguna. Namun dia menilai, foto makanan yang semakin nyata dengan aslinya adalah yang terbaik. Menaikan cahaya ataupun kontras satu level dapat dilakukan untuk membuat foto lebih 'bernyawa'.
"Misal merah nih, itu bisa bikin orang semakin lapar. Sedangkan hijau, bisa lebih segar. Kadang warna di kamera dengan aslinya berbeda, jadi harus diatur biar lebih menarik dan membuat orang lapar," kata Vika.
3. Jangan gunakan lampu kilat.
Menurut Vika, tindakan yang perlu dihindari dalam memotret makanan adalah penggunaan lampu kilat atau flash. Hal ini dapat menyebabkan tekstur makanan menjadi hilang karena cahaya terlalu terang.
"Kalau ingin pakai flash, jangan langsung. Cahaya lingkungan juga harus diperhatikan agar jangan masuk ke makanan, kecuali menggunakan tambahan melalui lighting khusus," kata Vika.
Bila kondisi ruangan gelap, dia menyarankan menggunakan tripod bagi pengguna DSLR. Ketika ruangan gelap, ISO kamera baiknya dinaikkan dan speed dibuat lebih lama. Penggunaan tripod berfungsi mengurangi goncangan pada kamera saat speed menjadi lebih lambat, sehingga cahaya dapat masuk ke diafragma kamera lebih lama sehingga menghasilkan gambar yang terang.
"Kalau lewat HP agak susah, ngakalinnya pas edit saja. Kan buat media sosial jadi tidak butuh yang gambar besar. Oiya, bawa reflektor dari kertas putih. Lalu kadar cahayanya dinaikkan saat editing," katanya.
4. Harus cepat.
Menurut Vika, salah satu kesulitan mengambil foto makanan adalah masalah durasi. Akan lebih baik bila makanan difoto ketika masih segar ataupun baru saja dimasak. Ini dapat meningkatkan selera orang saat melihat foto itu.
"Begitu makanan datang, langsung difoto saja, kan asapnya masih aja jadi terlihat masih segar. Itu sih susahnya foto makanan, kalau kelamaan jadinya makanannya sudah tidak segar, entah layu kalau sayur, atau ngembang kalau mie. Paling tidak enak adalah saat makan sudah rada dingin." kata Vika.
5. Banyak berlatih
Hal terakhir yang Vika sarankan bagi para pecinta foto makanan pemula, adalah sering berlatih dan mencari referensi foto. Bila sering berlatih, lambat laun akan menemukan gaya tersendiri dan jangan takut untuk mencoba berbagai gaya.
No comments:
Post a Comment