Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah bukan rahasia bahwa salah satu merek minuman bersoda, Coca Cola, menggunakan banyak gula dalam pembuatannya, yakni sampai sembilan sendok teh gula per kalengnya. Bahkan, video tentang hal tersebut sudah beredar luas di YouTube.
Namun, ternyata cara tersebut tak hanya digunakan dalam pembuatan Coca Cola, melainkan juga digunakan dalam pembuatan sepertiga merek minuman hangat kelas atas yang ada. Bahkan, bisa jadi kadarnya lebih banyak dari Coca Cola.
Setidaknya hal itulah yang disampaikan oleh sebuah kelompok kampanye bernama 'Action on Sugar'. Mereka mengatakan sudah menganalisis 131 produk minuman panas, termasuk kopi, mocha, latte, minuman buah panas, cokelat panas, dan minuman lainnya, yang tersedia di toko kopi dan kedai cepat saji terkenal di Inggris.
Seorang juru bicara kegiatan itu mengatakan, hasil analisisnya adalah 98 persen minuman yang telah diuji akan menerima label nilai nutrisi merah karena kandungan gulanya tinggi. Tentunya, dari sejumlah toko kopi atau kedai cepat saji terkenal yang diteliti ada juga di Indonesia.
Ketua Action on Sugar, Profesor Graham MacGregor, mengatakan, “Hasil temuan tersebut merupakan contoh lain dari skandal penambahan kadar gula ke makanan dan minuman [selain pada Coca Cola]. Tak heran kita [orang Inggris] memiliki tingkat tertinggi dalam obesitas di Eropa," tuturnya seperti dikutip Independent.
Dengan total 25 sendok teh gula per porsi, sajian terburuk adalah venti grape with chai, orange, and cinnamon hot mulled fruit dari Starbucks.
Menu massimo eat-in chai latte dari Costa ditemukan mengandung 20 sendok teh gula, sedangkan venti white chocolate mocha with whipped cream mengandung 18 sendok teh gula. Ada pula, menu minuman mocha dari KFC dan cokelat panas Starbucks sama-sama mengandung 15 sendok teh gula per porsinya.
Seorang juru bicara Starbucks di Inggris mengatakan perusahaannya telah berkomitmen di awal tahun ini untuk mengurangi kadar gula dalam minumannya sebesar 25 persen pada akhir 2020 mendatang. Selain itu, mereka nantinya juga akan menambah variasi minuman yang lebih ringan [kadar gulanya] dan akan menampilkan seluruh informasi gizinya di gerai serta situs online-nya.
Tak hanya Starbucks, Costa pun akan mengambil langkah yang sama.
“Perusahaan telah mengambil langkah-langkah yang signifikan untuk mengurangi kadar gula kami," ucap Kerry Parkin, humas Costa. Dia menambahkan "April ini, kami akan menetapkan pengurangan kadar garam dan gula untuk tahun 2020."
Namun, tentu saja langkah tersebut bukan merupakan langkah terbaik. Bahkan, peneliti dari Action on Sugar, Kawther Hashem beranggapan kedai kopi atau kedai minuman lainnya harus secepat mungkin mengurangi kadar gula dalam minuman-minuman panasnya.
"Minuman ini harus diminum sesekali saja, jangan dijadikan konsumsi harian. Karena minuman itu mengandung gula dan kalori dalam jumlah yang luar biasa,” ungkap Kawther.
Namun, ternyata cara tersebut tak hanya digunakan dalam pembuatan Coca Cola, melainkan juga digunakan dalam pembuatan sepertiga merek minuman hangat kelas atas yang ada. Bahkan, bisa jadi kadarnya lebih banyak dari Coca Cola.
Setidaknya hal itulah yang disampaikan oleh sebuah kelompok kampanye bernama 'Action on Sugar'. Mereka mengatakan sudah menganalisis 131 produk minuman panas, termasuk kopi, mocha, latte, minuman buah panas, cokelat panas, dan minuman lainnya, yang tersedia di toko kopi dan kedai cepat saji terkenal di Inggris.
Seorang juru bicara kegiatan itu mengatakan, hasil analisisnya adalah 98 persen minuman yang telah diuji akan menerima label nilai nutrisi merah karena kandungan gulanya tinggi. Tentunya, dari sejumlah toko kopi atau kedai cepat saji terkenal yang diteliti ada juga di Indonesia.
Ketua Action on Sugar, Profesor Graham MacGregor, mengatakan, “Hasil temuan tersebut merupakan contoh lain dari skandal penambahan kadar gula ke makanan dan minuman [selain pada Coca Cola]. Tak heran kita [orang Inggris] memiliki tingkat tertinggi dalam obesitas di Eropa," tuturnya seperti dikutip Independent.
Dengan total 25 sendok teh gula per porsi, sajian terburuk adalah venti grape with chai, orange, and cinnamon hot mulled fruit dari Starbucks.
Menu massimo eat-in chai latte dari Costa ditemukan mengandung 20 sendok teh gula, sedangkan venti white chocolate mocha with whipped cream mengandung 18 sendok teh gula. Ada pula, menu minuman mocha dari KFC dan cokelat panas Starbucks sama-sama mengandung 15 sendok teh gula per porsinya.
Seorang juru bicara Starbucks di Inggris mengatakan perusahaannya telah berkomitmen di awal tahun ini untuk mengurangi kadar gula dalam minumannya sebesar 25 persen pada akhir 2020 mendatang. Selain itu, mereka nantinya juga akan menambah variasi minuman yang lebih ringan [kadar gulanya] dan akan menampilkan seluruh informasi gizinya di gerai serta situs online-nya.
Tak hanya Starbucks, Costa pun akan mengambil langkah yang sama.
“Perusahaan telah mengambil langkah-langkah yang signifikan untuk mengurangi kadar gula kami," ucap Kerry Parkin, humas Costa. Dia menambahkan "April ini, kami akan menetapkan pengurangan kadar garam dan gula untuk tahun 2020."
Namun, tentu saja langkah tersebut bukan merupakan langkah terbaik. Bahkan, peneliti dari Action on Sugar, Kawther Hashem beranggapan kedai kopi atau kedai minuman lainnya harus secepat mungkin mengurangi kadar gula dalam minuman-minuman panasnya.
"Minuman ini harus diminum sesekali saja, jangan dijadikan konsumsi harian. Karena minuman itu mengandung gula dan kalori dalam jumlah yang luar biasa,” ungkap Kawther.
No comments:
Post a Comment