Wednesday, 10 February 2016

Indeks Massa Tubuh Tak Bisa Jadi Ukuran Kesehatan

Indeks Massa Tubuh Tak Bisa Jadi Ukuran KesehatanIlustrasi. (Thinkstock/Rostislav_Sedlacek)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penelitian terbaru dari University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa 54 juta orang Amerika yang dianggap mengalami obesitas atau kelebihan berat badan melalui hitungan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT), sebenarnya dalam kondisi yang sehat.

Untuk mengetahui apakah IMT memiliki korelasi dengan tanda-tanda kesehatan, tim peneliti dari UCLA menganalisa data dari 40.420 individu yang berpartisipasi dalam survei nasional tentang pemeriksaan kesehatan dan nutrisi sepanjang tahun 2005-2012.

Dari data itu mereka mengamati tekanan darah, kadar trigliserida, kolesterol, glukosa, resistensi insulin dan data protein C-reaktif yang bisa menjadi penanda penyakit jantung dan peradangan.

Hasilnya, mereka menemukan sebanyak 47,4 persen orang yang kelebihan berat badan dan 29 persen orang yang obesitas, dari sudut pandang metabolisme, ternyata cukup sehat.

Di sisi lain, lebih dari 30 persen individu dengan bobot yang mempunyai angka IMT normal malah memiliki metabolisme yang tidak sehat.

"Saya pikir, alasan orang masih mengandalkan IMT adalah karena mudah. Jika Anda tahu berat badan seseorang dan Anda tahu tinggi seseorang, kemudian akan muncul nilai ajaib ini, "kata ketua peneliti A. Janet Tomiyama, yang juga merupakan psikolog di UCLA, seperti dikutip dari Los Angeles Times.

Tomiyama dan timnya menilai fokus pada penanda kesehatan yang lebih baik seperti tekanan darah menjadi cara yang baik untuk mengukur kesehatan.

Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) bisa dilakukan dengan cara membagi berat tubuh dalam ukuran kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter.

Menurut Pusat Pengendali dan Pencegah Penyakit, IMT yang sehat berkisar antara 18,5-24,9. Sementara yang tergolong kelebihan berat badan memiliki IMT 25-29,9. Sedangkan orang yang mengalami obesitas memiliki IMT 30 atau lebih.

Namun seiring berjalannya waktu, para peneliti menduga bahwa yang memiliki nilai sehat dilihat dari IMT-nya ternyata sangat tidak sehat. Sebaliknya, orang yang memiliki nilai IMT lebih tinggi malah mempunyai bentuk tubuh yang sangat baik.

"Kami pikir IMT hanya indikator yang benar-benar kasar dan mengerikan tentang kesehatan seseorang. Masyarakat terbiasa mendengar 'obesitas,' dan mereka keliru melihatnya sebagai hukuman mati. Padahal obesitas hanyalah ukuran berdasarkan IMT," ujar Tomiyama

"Para pembuat kebijakan harus mempertimbangkan konsekuensi yang tidak diinginkan dari hanya mengandalkan IMT dan peneliti harus berusaha untuk menciptakan alat diagnostik yang berhubungan dengan berat badan dan kesehatan kardiometabolik," tulis para peneliti dalam penelitian yang diterbitkan pada International Journal of Obesity.

No comments:

Post a Comment