Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah bank sperma terbesar di Inggris sedang diselidiki karena melarang laki-laki disleksia menyumbang sperma.
Dalam selebaran Bank Sperma London itu tertulis bahwa mereka tidak akan menerima sperma dari laki-laki disleksia, memiliki ADHD, autisme, atau kondisi tertentu lain. Namun, sebuah organisasi mengatakan bahwa kebijakan tersebut ilegal dan secara tidak adil mendiskriminasi ribuan laki-laki.
Dilaporkan oleh Daily Mail, sekitar 1 dari 10 populasi mengalami kondisi disleksia yang menyebabkan masalah dengan membaca, menulis, dan mengeja.
Namun, semakin banyak para ahli mengatakan bahwa disleksia tidak dianggap sebagai disabilitas karena kondisi tersebut berkaitan dengan kecerdasan dalam matematika, keahlian teknik, atau berpikir kreatif.
Beberapa tokoh terkenal yang mengalami disleksia di antaranya Sir Richard Branson, Albert Einstein, dan Steve Jobs.
Klinik yang berada di Harley Street, London, menyediakan sekitar seribu praktik bayi tabung per tahun. Klinik ini mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerima laki-laki sebagai pendonor sperma dengan penyakit neurologis, termasuk attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), autisme, dan disleksia.
Ketika para calon pendonor bertanya kenapa kondisi-kondisi tersebut dilarang untuk menjadi pendonor sperma, mereka hanya diberitahu oleh staf klinik bahwa hal itu adalah kebijakan badan pengawas Fertislisasi Manusia dan Otoritas Embriologi (HFEA).
Namun, HFEA menegaskan bahwa bukan seperti itu kebijakannya, dan langsung melakukan investigasi. Fred Fisher (30) lulusan Oxford pengidap disleksia menyadari adanya larangan tersebut ketika dia ingin menjadi pendonor pada November lalu.
“Saya sangat kaget melihat disleksia terdaftar sebagai penyakit neurologis," kata Fisher kepada Guardian. Lelaki yang berprofesi sebagai insinyur perangkat lunak menambahkan, “Apakah mereka akan menolak Richard Branson atau Albert Einstein? Kita perlu orang-orang inovatif yang berpikir berbeda di dunia. Orang-orang disleksia memberikan kontribusi besar untuk masyarakat kita.”
“Ini eugenika. Aturan tersebut berusaha mengatakan bahwa disleksia seharusnya tidak ada dalam masyarakat," kata Steve O'Brein, Ketua Yayasan Disleksia dan anggota dewan Asosiasi Disleksia Internasional.
“Tapi kita bergerak ke dunia yang didominasi visual seperti Instagram dan YouTube. Orang-orang pengidap disleksia berpikir lebih banyak dengan otak kanan yang seringkali memiliki kemampuan visual luar biasa.”
Istilah eugenika digunakan untuk menjelaskan pemusnahan mengerikan oleh Nazi terhadap orang-orang cacat dengan masalah kesehatan mental pada tahun 1930-an.
Vanessa Smith, quality manager perusahaan JD Healthcare yang menjalankan Bank Sperma London mengatakan, “HEFA sudah menghubungi kami. Sebagai respons kami akan mengulas praktik dan protokol kami.”
Dia berkata, sejak protes tersebut, klinik telah menarik brosur yang tertulis larangan pengidap disleksia menjadi pendonor sperma. “Kami sama sekali tidak melakukan eugenika. Ketika kami merekrut pendonor kami mencari sperma yang bagus untuk dibekukan dengan baik dan bisa menciptakan kehamilan setelahnya.”
“Kami mencari seseorang yang secara medis bersih dari penyakit infeksi dan masalah genetik yang mungkin akan diturunkan kepada anak. Tapi kami juga mencari laki-laki yang melakukan ini untuk alasan tepat yang mengerti komitmen seumur hidup praktik ini.”
Dalam selebaran Bank Sperma London itu tertulis bahwa mereka tidak akan menerima sperma dari laki-laki disleksia, memiliki ADHD, autisme, atau kondisi tertentu lain. Namun, sebuah organisasi mengatakan bahwa kebijakan tersebut ilegal dan secara tidak adil mendiskriminasi ribuan laki-laki.
Dilaporkan oleh Daily Mail, sekitar 1 dari 10 populasi mengalami kondisi disleksia yang menyebabkan masalah dengan membaca, menulis, dan mengeja.
Namun, semakin banyak para ahli mengatakan bahwa disleksia tidak dianggap sebagai disabilitas karena kondisi tersebut berkaitan dengan kecerdasan dalam matematika, keahlian teknik, atau berpikir kreatif.
Beberapa tokoh terkenal yang mengalami disleksia di antaranya Sir Richard Branson, Albert Einstein, dan Steve Jobs.
Klinik yang berada di Harley Street, London, menyediakan sekitar seribu praktik bayi tabung per tahun. Klinik ini mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerima laki-laki sebagai pendonor sperma dengan penyakit neurologis, termasuk attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), autisme, dan disleksia.
Ketika para calon pendonor bertanya kenapa kondisi-kondisi tersebut dilarang untuk menjadi pendonor sperma, mereka hanya diberitahu oleh staf klinik bahwa hal itu adalah kebijakan badan pengawas Fertislisasi Manusia dan Otoritas Embriologi (HFEA).
Namun, HFEA menegaskan bahwa bukan seperti itu kebijakannya, dan langsung melakukan investigasi. Fred Fisher (30) lulusan Oxford pengidap disleksia menyadari adanya larangan tersebut ketika dia ingin menjadi pendonor pada November lalu.
“Saya sangat kaget melihat disleksia terdaftar sebagai penyakit neurologis," kata Fisher kepada Guardian. Lelaki yang berprofesi sebagai insinyur perangkat lunak menambahkan, “Apakah mereka akan menolak Richard Branson atau Albert Einstein? Kita perlu orang-orang inovatif yang berpikir berbeda di dunia. Orang-orang disleksia memberikan kontribusi besar untuk masyarakat kita.”
“Ini eugenika. Aturan tersebut berusaha mengatakan bahwa disleksia seharusnya tidak ada dalam masyarakat," kata Steve O'Brein, Ketua Yayasan Disleksia dan anggota dewan Asosiasi Disleksia Internasional.
“Tapi kita bergerak ke dunia yang didominasi visual seperti Instagram dan YouTube. Orang-orang pengidap disleksia berpikir lebih banyak dengan otak kanan yang seringkali memiliki kemampuan visual luar biasa.”
Istilah eugenika digunakan untuk menjelaskan pemusnahan mengerikan oleh Nazi terhadap orang-orang cacat dengan masalah kesehatan mental pada tahun 1930-an.
Vanessa Smith, quality manager perusahaan JD Healthcare yang menjalankan Bank Sperma London mengatakan, “HEFA sudah menghubungi kami. Sebagai respons kami akan mengulas praktik dan protokol kami.”
Dia berkata, sejak protes tersebut, klinik telah menarik brosur yang tertulis larangan pengidap disleksia menjadi pendonor sperma. “Kami sama sekali tidak melakukan eugenika. Ketika kami merekrut pendonor kami mencari sperma yang bagus untuk dibekukan dengan baik dan bisa menciptakan kehamilan setelahnya.”
“Kami mencari seseorang yang secara medis bersih dari penyakit infeksi dan masalah genetik yang mungkin akan diturunkan kepada anak. Tapi kami juga mencari laki-laki yang melakukan ini untuk alasan tepat yang mengerti komitmen seumur hidup praktik ini.”
No comments:
Post a Comment