Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah memperhatikan laki-laki pekerja kantoran memiliki perut yang mulai, atau sudah, membuncit? Ternyata ada alasan ilmiah mengapa banyak laki-laki yang sudah bekerja memiliki lingkar perut yang melebar.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor dan diterbitkan dalam Jurnal Gizi Pangan edisi Maret 2015, mengungkap bahwa gaya hidup yang dialami kebanyakan pria kantoran menyebabkan obesitas, hipertensi, kolesterol serta kadar glukosa darah yang tinggi.
Penelitian tersebut dilakukan melalui survei terhadap 59 laki-laki berstatus karyawan swasta berusia 30 hingga 64 tahun. Peneliti melakukan survei melalui wawancara terstruktur dan data pengecekan kesehatan dan juga perbandingan gaya hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 persen pekerja kantoran tergolong obesitas, dan lebih dari 47,1 persen laki-laki berstatus perokok menghisap lebih dari 15 batang rokok per hari. Dengan jumlah rokok yang besar ini berbanding lurus dengan lingkar perut.
“Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi subjek, maka ukuran lingkar perut cenderung semakin besar,” tulis Fitria Nurjanah, salah satu penulis penelitian. “Alasannya, kebiasaan merokok berkorelasi dengan peningkatan akumulasi lemak pusat.”
Selain itu, seorang perokok dapat memiliki penurunan nafsu makan karena efek nikotin jangka pendek. Namun ketika tidak merokok, maka nafsu makannya akan lebih tinggi.
Dari penelitian tersebut juga terungkap bahwa 64 persen laki-laki pekerja kantoran tergolong beraktivitas fisik rendah. Rendahnya aktivitas ternyata ikut mendorong melebarnya lingkar perut.
“Rendahnya aktivitas fisik dan mayoritas pekerjaan yang dibantu oleh alat bermotor, mesin maupun elektronik menyebabkan perpindahan posisi tubuh cukup minim,” ujar Katrin Roosita, yang juga terlibat dalam penelitian.
Pola makan juga menjadi salah satu penyebab mengapa laki-laki pekerja kantoran memiliki perut buncit. Laki-laki kantoran berpeluang memiliki sembilan dari 12 perilaku makan yang tidak sehat.
Perilaku makan yang tidak sehat yang dimaksud adalah tidak melakukan perencanaan makan, tidak melakukan pengaturan jumlah dan jenis makanan, mengonsumsi makanan kalengan dan instan, mengonsumsi camilan, mengonsumsi makanan cepat saji, makan sambil menonton televisi, menunda waktu makan, serta makan dengan cepat.
Diketahui sebanyak 71 persen laki-laki kantoran senang makan sembari menonton televisi, padahal perilaku tersebut dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Hal ini dikarenakan proses makan yang terganggu karena teralihkan oleh televisi, sehingga sinyal kenyang berkurang dan cenderung akan makan secara berlebihan.
“Penelitian ini menunjukkan buruknya perilaku makan subjek,” sebut Fitria. “Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, tidak aktif bergerak, tidak rutin olahraga, membudayakan perilaku makan tidak sehat, memicu timbulnya salah satu komponen penanda sindrom metabolik yang akan berkembang menjadi beragam gangguan metabolik."
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor dan diterbitkan dalam Jurnal Gizi Pangan edisi Maret 2015, mengungkap bahwa gaya hidup yang dialami kebanyakan pria kantoran menyebabkan obesitas, hipertensi, kolesterol serta kadar glukosa darah yang tinggi.
Penelitian tersebut dilakukan melalui survei terhadap 59 laki-laki berstatus karyawan swasta berusia 30 hingga 64 tahun. Peneliti melakukan survei melalui wawancara terstruktur dan data pengecekan kesehatan dan juga perbandingan gaya hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 persen pekerja kantoran tergolong obesitas, dan lebih dari 47,1 persen laki-laki berstatus perokok menghisap lebih dari 15 batang rokok per hari. Dengan jumlah rokok yang besar ini berbanding lurus dengan lingkar perut.
“Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi subjek, maka ukuran lingkar perut cenderung semakin besar,” tulis Fitria Nurjanah, salah satu penulis penelitian. “Alasannya, kebiasaan merokok berkorelasi dengan peningkatan akumulasi lemak pusat.”
Selain itu, seorang perokok dapat memiliki penurunan nafsu makan karena efek nikotin jangka pendek. Namun ketika tidak merokok, maka nafsu makannya akan lebih tinggi.
Dari penelitian tersebut juga terungkap bahwa 64 persen laki-laki pekerja kantoran tergolong beraktivitas fisik rendah. Rendahnya aktivitas ternyata ikut mendorong melebarnya lingkar perut.
“Rendahnya aktivitas fisik dan mayoritas pekerjaan yang dibantu oleh alat bermotor, mesin maupun elektronik menyebabkan perpindahan posisi tubuh cukup minim,” ujar Katrin Roosita, yang juga terlibat dalam penelitian.
Pola makan juga menjadi salah satu penyebab mengapa laki-laki pekerja kantoran memiliki perut buncit. Laki-laki kantoran berpeluang memiliki sembilan dari 12 perilaku makan yang tidak sehat.
Perilaku makan yang tidak sehat yang dimaksud adalah tidak melakukan perencanaan makan, tidak melakukan pengaturan jumlah dan jenis makanan, mengonsumsi makanan kalengan dan instan, mengonsumsi camilan, mengonsumsi makanan cepat saji, makan sambil menonton televisi, menunda waktu makan, serta makan dengan cepat.
Diketahui sebanyak 71 persen laki-laki kantoran senang makan sembari menonton televisi, padahal perilaku tersebut dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Hal ini dikarenakan proses makan yang terganggu karena teralihkan oleh televisi, sehingga sinyal kenyang berkurang dan cenderung akan makan secara berlebihan.
“Penelitian ini menunjukkan buruknya perilaku makan subjek,” sebut Fitria. “Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, tidak aktif bergerak, tidak rutin olahraga, membudayakan perilaku makan tidak sehat, memicu timbulnya salah satu komponen penanda sindrom metabolik yang akan berkembang menjadi beragam gangguan metabolik."
No comments:
Post a Comment