Wednesday, 13 January 2016

Kematian Bisa Diprediksi Lewat Air Liur

Kematian Bisa Diprediksi Lewat Air LiurIlustrasi menjulurkan lidah. (Thinkstock/Wavebreakmedia Ltd)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak hanya asal ramal, berbagai penelitian telah dilakukan untuk memprediksi tanda-tanda kematian. Penelitian-penelitian itu pun ternyata mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan.

Tanda kematian, katanya, bisa diketahui bahkan dari bagian tubuh yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Para peneliti pun mencurigai jumlah antibodi yang terus berkurang pada air liur berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian. Katanya, air liur bisa menjadi indikasi awal untuk meramalkan risiko kematian.

Para peneliti dari University of Birmingham mencoba mengembangkan hubungan antara antibodi yang biasanya ditemukan pada air liur, yaitu sekresi imunoglobulin A (IgA) dengan tingkat kematian rata-rata pada sebuah populasi.

Mereka melakukan penelitian terhadap 639 orang dewasa berusia 63 tahun atau lebih dengan mengambil air liur sebagai sampelnya. Penelitian tersebut dilakukan pada 1995 dengan mengukur tingkat sekresi IgA.

Imunoglobulin adalah protein yang dikeluarkan sel darah putih. Imunoglobulin penting untuk melawan penyakit yang bisa menyebabkan infeksi.

Para partisipan itu diamati terus selama 19 tahun untuk melihat kemungkinan kematian mereka. Pengamatan itu juga dikaitkan dengan jenis kelamin mereka, jabatan, kebiasaan merokok, dan penggunaan obat.

Hasilnya, ternyata tingkat sekresi IgA dengan semua hal yang menyebabkan kematian memiliki hubungan yang negatif. Analisa yang lebih mendalam terkait data tersebut menunjukkan bahwa semua hal yang dipercaya dan dihubungkan dengan kematian baru memungkinkan ketika ada hubungannya dengan kanker, kecuali kanker paru-paru.

“Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi seberapa baiknya tubuh memproduksi antibodi dan menjaga level produksinya agar tetap baik," kata Anna Phillips dari University of Birmingham dilansir dari Medical Daily.

Ia menambahkan, beberapa faktor pengontrol imunoglobulin yang tidak bisa dikendalikan adalah umur, keturunan atau penyakit.

Tapi, ada juga yang bisa dikendalikan seperti stres, pola makan, olah raga, konsumsi alkohol, dan merokok yang dipercaya dapat memengaruhi tingkat produksi imunoglobulin dalam tubuh.

Phillips mengatakan air liur masih bisa digunakan untuk pemeriksaan, dengan catatan para peneliti harus menggali lagi tingkat sekresi IgA, apakah benar-benar bisa jadi patokan untuk melihat risiko kematian. "Kalau jumlahnya terlalu rendah mungkin bisa berguna untuk dijadikan indikator awal," ujar Anna.

Tim peneliti percaya langkah selanjutnya harus lebih besar lagi. Harus ada studi lanjutan yang menelusuri lebih lanjut tentang hubungan di antara penemuan-penemuan mereka dengan penyakit yang disebabkan infeksi.

Para peneliti juga harus lebih menggali lagi tentang penyakit lainnya seperti kanker agar bisa mendapatkan hubungan yang lebih mendetil lagi tentang studi mereka.

No comments:

Post a Comment