Jakarta, CNN Indonesia -- Penggunaan kawat gigi sebenarnya bertujuan untuk merapikan dan merawat gigi agar terlihat lebih rapi dan indah dipandang. Salah satu penyebab masalah yang membutuhkan perawatan dengan kawat gigi adalah karena terjadinya malukosi.
"Malukosi berasal dari dua kata mal dan okusi. Ini adalah suatu kondisi di mana gigi atas dan gigi bawah bertemu," kata dokter gigi Dwi Anie Lestari Sp.Ort, Pengurus Ikatan Orthodontis Indonesia (IKORTI) Komda Jaya, beberapa waktu lalu.
"Malukosi ini bisa berarti baik dan bisa berarti buruk. Yang harus pakai kawat gigi adalah orang yang malokusinya abnormal."
Dia menambahkan bahwa malukosi abnormal yang kerap dialami antara lain gigi berantakan, gigi tonggos, gigi renggang, gigi cameh, dan gigi gingsul.
"Gigi gingsul seringkali dianggap sebagai pemanis tapi sebenarnya itu adalah malokusi abnormal."
Malokusi pada dasarnya ada dua tipe yaitu malokusi dental karena masalah yang ada pada gigi. Sedangkan tipe yang kedua adalah malokusi skeretal atau malokusi yang terjadi pada rahang.
"Malokusi skeretal lebih susah diperbaiki dibanding malokusi dental," ucapnya.
Dikatakan Dwi Anie, malokusi abnormal ini disebabkan karena banyak hal. Beberapa di antaranya adalah:
1. Keturunan
Faktor keturunan adalah salah satu hal yang berperan aktif jadi penyebab malokusi. Faktor genetik ini bisa menyebabkan seseorang memiliki rahang yang besar atau kecil, atau pun ukuran gigi yang besar atau kecil.
2. Kebiasaan
Setiap orang punya kebiasaannya yang dilakukannya setiap saat. Mungkin sudah tak lagi dilakukan sampai dewasa, namun nyatanya kebiasaan masa kecil ternyata punya pengaruh besar untuk pertumbuhan gigi Anda.
Beberapa kebiasaan yang berpotensi menyebabkan malokusi adalah menghisap jari, terlalu lama ngedot, menjulurkan lidah saat bicara, suka mengigit kuku atau pensil.
"Selain itu berhati-hatilah kalau anak-anak Anda suka nonton tv dengan mulut yang terbuka. Ini akan menyebabkan anak-anak lebih senang berpas dengan lewat mulut bukan hidung. Lama-lama akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan giginya. Demikian juga kalau anak-anak sering pilek," kata Dwi Anie.
"Selain itu, cara makan juga berpengaruh. Orang yang cara makanannya cenderung hanya terpusat di satu bagian gigi saja akan menyebabkan gigi dan rahangnya tidak simetris."
3. Lingkungan
Faktor lingkungan juga adalah salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan gigi. Salah satunya jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang suka makanan manis, susah gosok gigi dan lainnya sampai malas memeriksakan gigi.
"Malukosi berasal dari dua kata mal dan okusi. Ini adalah suatu kondisi di mana gigi atas dan gigi bawah bertemu," kata dokter gigi Dwi Anie Lestari Sp.Ort, Pengurus Ikatan Orthodontis Indonesia (IKORTI) Komda Jaya, beberapa waktu lalu.
"Malukosi ini bisa berarti baik dan bisa berarti buruk. Yang harus pakai kawat gigi adalah orang yang malokusinya abnormal."
Dia menambahkan bahwa malukosi abnormal yang kerap dialami antara lain gigi berantakan, gigi tonggos, gigi renggang, gigi cameh, dan gigi gingsul.
"Gigi gingsul seringkali dianggap sebagai pemanis tapi sebenarnya itu adalah malokusi abnormal."
Malokusi pada dasarnya ada dua tipe yaitu malokusi dental karena masalah yang ada pada gigi. Sedangkan tipe yang kedua adalah malokusi skeretal atau malokusi yang terjadi pada rahang.
"Malokusi skeretal lebih susah diperbaiki dibanding malokusi dental," ucapnya.
Dikatakan Dwi Anie, malokusi abnormal ini disebabkan karena banyak hal. Beberapa di antaranya adalah:
1. Keturunan
Faktor keturunan adalah salah satu hal yang berperan aktif jadi penyebab malokusi. Faktor genetik ini bisa menyebabkan seseorang memiliki rahang yang besar atau kecil, atau pun ukuran gigi yang besar atau kecil.
2. Kebiasaan
Setiap orang punya kebiasaannya yang dilakukannya setiap saat. Mungkin sudah tak lagi dilakukan sampai dewasa, namun nyatanya kebiasaan masa kecil ternyata punya pengaruh besar untuk pertumbuhan gigi Anda.
Beberapa kebiasaan yang berpotensi menyebabkan malokusi adalah menghisap jari, terlalu lama ngedot, menjulurkan lidah saat bicara, suka mengigit kuku atau pensil.
"Selain itu berhati-hatilah kalau anak-anak Anda suka nonton tv dengan mulut yang terbuka. Ini akan menyebabkan anak-anak lebih senang berpas dengan lewat mulut bukan hidung. Lama-lama akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan giginya. Demikian juga kalau anak-anak sering pilek," kata Dwi Anie.
"Selain itu, cara makan juga berpengaruh. Orang yang cara makanannya cenderung hanya terpusat di satu bagian gigi saja akan menyebabkan gigi dan rahangnya tidak simetris."
3. Lingkungan
Faktor lingkungan juga adalah salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan gigi. Salah satunya jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang suka makanan manis, susah gosok gigi dan lainnya sampai malas memeriksakan gigi.
No comments:
Post a Comment