Jakarta, CNN Indonesia -- Boleh jadi tak ada makhluk hidup yang tak pernah menguap. Pada manusia menguap seringkali dihubungkan dengan perasaan mengantuk, lelah atau bosan. Namun berbeda dengan kelainan pola tidur seperti sleep apnea menguap adalah aspek masalah tidur yang belum juga sepenuhnya dipahami oleh para ahli.
Tapi bukan berarti kita sama sekali buta akan masalah ini. Berikut enam fakta unik tentang menguap yang tak banyak diketahui orang, seperti disarikan dari Huffington Post.
1. Banyak teori tentang menguap tapi sangat sedikit yang dibuktikan.
Ada banyak teori tentang mengapa kita menguap. Pertama, kita tidak melakukannya hanya karena lelah. Juga bukan karena kekurangan oksigen. Ide teori paling mendekati adalah karena kebiasaan orang bernafas pendek, demikian kata Michael Decker, Ph.D profesor di Frances Payne Bolton School of Nursing di Case Western University dan juru bicara American Academy of Sleep Medicine.
Bagian bawah paru -paru sering kali terabaikan saat kita sedang beristirahat. Memang ada latihan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kapasitas paru-paru, seperti latihan bernafas dalam untuk membuat paru-paru tetap sehat, kata Decker. Misalnya saja dalam kasus pasien bedah, yang sering mengalami masalah fungsi paru-paru seperti pneumonia karena terlalu lama bernafas pendek setelah anestesi atau pembiusan.
“Menguap jadi semacam respond homeostatik akibat tak bernafas dalam,” kata Decker. Menguap juga sering dikaitkan dengan masalah kebosanan. Setidaknya berdasarkan penelitian kecil tahun 1986, ketika sejumlah mahasiswa lebih sering menguap ketika diberi gambar warna warni, dibanding saat disodori video musik rock.
Penelitian paling baru adalah yang menghubungkan menguap untuk mendinginkan otak . Saat mulut terbuka karena menguap membuat dinding sinus melebar dan berkontraksi. Ini akan memompa udara ke otak dan membuat temperaturnya lebih rendah, demikian dilaporkan National Geographic. Karenanya tak heran orang lebih sering menguap di udara dingin.
2. Menguap memang menular.
Ini benar ! Sebuah penelitian menunjukkan saat video memperlihatkan gambar orang menguap, 50 persen penonton akan ikut menguap. Bahkan terjadi juga pada hewan! Sebuah penelitian pada tahun 2004, penelitian serupa dilakukan pada simpanse, baboon dan monyet kecil dengan hasil yang sama.
Yang lebih mengesankan adalah hal sama juga terjadi pada anjing yang ikut menguap saat mendengar pemilik mereka melakukannya. Bahkan berpikir dan membaca tentang seseorang yang menguap juga bisa memicu rasa ingin menguap.
Menurut psikolog dan ahli neurosains dari University of Maryland Robert Provine ini bukan reaksi yang aneh. Karena sebenarnya sebagian besar perilaku manusia memang menular. Misalnya tertawa, ini adalah bentuk alami dari empati kata Decker. “Menguap lebih menjadi fenomena sosial dibandin fenomena psikologis,” katanya menjelaskan mengapa kita tetap menguap meski tidak sedang kelelahan.
3. Menguap lebih menular lagi pada teman yang akrab.
Tak semua orang yang menguap bisa menularkan pada orang lain. Menurut penelitian tahun 2012, menguap lebih menular pada mereka yang memang akrab. “Penelitian menemukan bahwa semakin dekat Anda dengan seseorang baik secara genetis atau emosional, semakin cepat Anda tertular atau menularkan,” kata Decker.
4. Menguap bisa jadi tanda penyakit
Meksi biasanya bukan gejala awal dari sesuatu yang serius, namun menguap terus menerus mungkin adalah gejala dari masalah tidur yang berat. Pada sejumlah orang, menguap terus menerus adalah reaksi dari saraf vagus yang mengindikasikan masalah jantung, demikian dikutip dari National Institute of Health. Pada kasus berbeda menguap juga mungkin gejala dari masalah yang menyerang otak.
5. Bahkan janin bisa menguap
Tak ada yang tahu mengapa, namun bayi yang belum lahirpun bisa menguap. Hal itu ditemukan saat seorang dokter sedang melakukan pemeriksaan dengan USD 4 dimensi dari seorang bayi pada 2012. Dokter menduga ini mungkin ada hubungannya dengan perkembangan otak, dan bisa digunakan sebagai penanda tumbuh kembang anak, demikian dilaporkan LiveScience.
6. Rata-rata menguap menghabiskan waktu enam detik.
Mungkin fakta ini kurang ilmiah, tapi nyatanya rata-rata manusia memang menguap selama enam detik. Yang terjadi selama enam detik itu adalah detak jantung meningkat secara signifikan. Pada 2012, sebuah penelitian menguji efek yang terjadi sebelum, selama dan setelah menguap. Mereka menemukan bahwa ada perubahan psikologis pada enam detik itu dengan efek yang bereda saat responden diminta untuk menarik nafas panjang saja.
Tapi bukan berarti kita sama sekali buta akan masalah ini. Berikut enam fakta unik tentang menguap yang tak banyak diketahui orang, seperti disarikan dari Huffington Post.
1. Banyak teori tentang menguap tapi sangat sedikit yang dibuktikan.
Ada banyak teori tentang mengapa kita menguap. Pertama, kita tidak melakukannya hanya karena lelah. Juga bukan karena kekurangan oksigen. Ide teori paling mendekati adalah karena kebiasaan orang bernafas pendek, demikian kata Michael Decker, Ph.D profesor di Frances Payne Bolton School of Nursing di Case Western University dan juru bicara American Academy of Sleep Medicine.
Bagian bawah paru -paru sering kali terabaikan saat kita sedang beristirahat. Memang ada latihan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kapasitas paru-paru, seperti latihan bernafas dalam untuk membuat paru-paru tetap sehat, kata Decker. Misalnya saja dalam kasus pasien bedah, yang sering mengalami masalah fungsi paru-paru seperti pneumonia karena terlalu lama bernafas pendek setelah anestesi atau pembiusan.
“Menguap jadi semacam respond homeostatik akibat tak bernafas dalam,” kata Decker. Menguap juga sering dikaitkan dengan masalah kebosanan. Setidaknya berdasarkan penelitian kecil tahun 1986, ketika sejumlah mahasiswa lebih sering menguap ketika diberi gambar warna warni, dibanding saat disodori video musik rock.
Penelitian paling baru adalah yang menghubungkan menguap untuk mendinginkan otak . Saat mulut terbuka karena menguap membuat dinding sinus melebar dan berkontraksi. Ini akan memompa udara ke otak dan membuat temperaturnya lebih rendah, demikian dilaporkan National Geographic. Karenanya tak heran orang lebih sering menguap di udara dingin.
2. Menguap memang menular.
Ini benar ! Sebuah penelitian menunjukkan saat video memperlihatkan gambar orang menguap, 50 persen penonton akan ikut menguap. Bahkan terjadi juga pada hewan! Sebuah penelitian pada tahun 2004, penelitian serupa dilakukan pada simpanse, baboon dan monyet kecil dengan hasil yang sama.
Yang lebih mengesankan adalah hal sama juga terjadi pada anjing yang ikut menguap saat mendengar pemilik mereka melakukannya. Bahkan berpikir dan membaca tentang seseorang yang menguap juga bisa memicu rasa ingin menguap.
Menurut psikolog dan ahli neurosains dari University of Maryland Robert Provine ini bukan reaksi yang aneh. Karena sebenarnya sebagian besar perilaku manusia memang menular. Misalnya tertawa, ini adalah bentuk alami dari empati kata Decker. “Menguap lebih menjadi fenomena sosial dibandin fenomena psikologis,” katanya menjelaskan mengapa kita tetap menguap meski tidak sedang kelelahan.
3. Menguap lebih menular lagi pada teman yang akrab.
Tak semua orang yang menguap bisa menularkan pada orang lain. Menurut penelitian tahun 2012, menguap lebih menular pada mereka yang memang akrab. “Penelitian menemukan bahwa semakin dekat Anda dengan seseorang baik secara genetis atau emosional, semakin cepat Anda tertular atau menularkan,” kata Decker.
4. Menguap bisa jadi tanda penyakit
Meksi biasanya bukan gejala awal dari sesuatu yang serius, namun menguap terus menerus mungkin adalah gejala dari masalah tidur yang berat. Pada sejumlah orang, menguap terus menerus adalah reaksi dari saraf vagus yang mengindikasikan masalah jantung, demikian dikutip dari National Institute of Health. Pada kasus berbeda menguap juga mungkin gejala dari masalah yang menyerang otak.
5. Bahkan janin bisa menguap
Tak ada yang tahu mengapa, namun bayi yang belum lahirpun bisa menguap. Hal itu ditemukan saat seorang dokter sedang melakukan pemeriksaan dengan USD 4 dimensi dari seorang bayi pada 2012. Dokter menduga ini mungkin ada hubungannya dengan perkembangan otak, dan bisa digunakan sebagai penanda tumbuh kembang anak, demikian dilaporkan LiveScience.
6. Rata-rata menguap menghabiskan waktu enam detik.
Mungkin fakta ini kurang ilmiah, tapi nyatanya rata-rata manusia memang menguap selama enam detik. Yang terjadi selama enam detik itu adalah detak jantung meningkat secara signifikan. Pada 2012, sebuah penelitian menguji efek yang terjadi sebelum, selama dan setelah menguap. Mereka menemukan bahwa ada perubahan psikologis pada enam detik itu dengan efek yang bereda saat responden diminta untuk menarik nafas panjang saja.
No comments:
Post a Comment