Jakarta, CNN Indonesia -- Penyakit jantung sudah terbukti sebagai silent killer yang banyak mengejutkan masyarakat. Seseorang yang terlihat selalu sehat setiap harinya bisa mendadak meninggal dunia karena penyakit jantung yang menyebabkan serangan jantung mendadak.
Ada beberapa jenis gangguan yang tergolong penyakit jantung. Yaitu, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, hipertensi, gagal jantung, gangguan irama jantung, gangguan pacu jantung, infeksi, dan gangguan pada pembuluh darah tepi yang bisa menyebabkan performa jantung menurun.
Dokter Ahli Jantung dan Pembuluh Darah Raja Adil Cakranegara Siregar mengatakan, seharusnya kerja jantung tidak boleh terhambat oleh apapun. Sebab, kerja jantung sangat penting, yaitu memompa darah ke seluruh tubuh dan mengedarkan makanan untuk tubuh beserta oksigen agar organ lain juga bisa berfungsi dengan baik.
Dari sekian banyak penyakit jantung yang ada, dokter Raja menyebutkan penyakit jantung koroner adalah yang paling banyak ditemui dan paling fatal akibatnya. Penyakit jantung koroner terjadi ketika ada sistem peredaran darah otot jantung terganggu.
"Otot jantung selalu bergerak, dan terus berkontraksi. Otot jantung perlu energi, perlu oksigen dan itu disuplai dari pembuluh darah koroner yang memberikan darah pada otot jantung agar bergerak," kata dokter Raja dalam acara temu media di Rumah Sakit Bethsaida, Tangerang, Kamis (17/12).
Gangguan pada pembuluh darah koroner biasanya disebabkan adanya penyumbatan. Hal itu biasanya terjadi ketika ada plak yang terbentuk dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan diameter pembuluh darah koroner menyempit.
"Itu menyebabkan suplai darah berkurang dan pasti akan membawa dampak terhadap otot jantung," ujar dokter Raja.
Ia menjelaskan, terbentuknya plak diawali oleh kolesterol yang menumpuk di pembuluh darah. Hal tersebut terjadi karena pelindung pembuluh darah yang licin rusak karena nikotin, polusi, stres, dan lain-lain.
Penumpukan kolesterol itu lama-lama akan mengeras. Sebab, ketika menumpuk, kolesterol memanggil kalsium untuk mengeraskan diri.
"Kalau kalsium tidak dipanggil, lemak akan rontok lalu pergi ke saluran yang lebih kecil lagi dan akan menyumbat. Atau bisa juga kumpulan lemak itu pecah dan akhirnya membuat aliran darah tidak bisa lewat. Itu akan memengaruhi jantung."
Kalsium yang diperoleh untuk membuat plak, berasal dari kalsium di dalam darah. Jika jumlah kalsium di dalam darah kurang, maka kalsium itu akan diambil dari bagian-bagian lain.
Perkembangan plak kolesterol dalam pembuluh darah tersebut akan berjalan sesuai dengan penjagaan setiap individu. Raja mengatakan, kalau konsumsi lemak tidak tinggi, tidak hipertensi, perilaku sehat, olahraga, cukup istirahat, plak akan tetap bertambah tapi lebih lambat. Sebaliknya, kalau tidak dijaga, perkembangan plak akan lebih cepat.
"Tapi tidak ada hubungannya dengan minum susu kalsium atau tidak. Kalau tidak ada tumpukan kolesterol itu, kalsiumnya pun tidak akan dipanggil untuk mengeraskan," kata dokter Raja.
Pemeriksaan lewat kalsium
Karena penyumbatan pembuluh darah koroner yang mengganggu kerja jantung ternyata mempunyai hubungan dengan kalsium, pemeriksaan penyakit jantung koroner juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan kalsium. Namanya calcium scoring.
Pemeriksaan ini mempunyai keunggulan lebih murah dan lebih sederhana jika dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. Calcium scoring terbukti efektif langsung ke anatomi koroner dan hasilnya cukup informatif.
Calcium scoring juga tidak melukai pasien, tidak melelehkan pasien, pemeriksaan cepat, hasilnya cepat, tidak menggunakan kontras, tidak banyak radiasi, tidak perlu cek lab fungsi ginjal, dan tidak perlu puasa, kata Raja.
Dia menjelaskan, calcium scoring merupakan bagian dari rangkaian proses CT Scan yang lebih komplit. Tapi, ternyata, untuk mengetahui ada atau tidaknya sumbatan di daerah jantung, cukup dilakukan satu tahap pemeriksaan saja yaitu calcium scoring.
Pemeriksaan ini akan menghasilkan data berupa angka. Angka yang muncul nantinya dicocokkan dengan kategori klasifikasi tingkat kalsium. Ada yang normal dengan skor 0, minimal dengan skor 1-10, mild 11-100, moderate 101-400 dan significant lebih dari 401.
"Makin tinggi angkanya, makin banyak atau besar sumbatannya. Asumsinya makin banyak kalsiumnya makin banyak sumbatannya," ujarnya.
Bila hasil pemeriksaan normal, artinya belum ada penyumbatan. Namun disarankan kontrol faktor risiko dan melakukan calcium scoring lagi 1-2 tahun berikutnya.
Bisa hasilnya mild, berarti sudah ada penyumbatan tetapi masih ringan. Perlu diobati, bukan mengurangi tapi memperlambat penumpukan plak.
Sementara itu, bila hasilnya moderate-significant apalagi ada gejala spesifik seperti bukti stress test positif atau faktor risiko berat lainnya, dianjurkan melakukan kateterisasi diagnostik.
baca juga :
kalsium terbaik di dunia
Ada beberapa jenis gangguan yang tergolong penyakit jantung. Yaitu, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, hipertensi, gagal jantung, gangguan irama jantung, gangguan pacu jantung, infeksi, dan gangguan pada pembuluh darah tepi yang bisa menyebabkan performa jantung menurun.
Dokter Ahli Jantung dan Pembuluh Darah Raja Adil Cakranegara Siregar mengatakan, seharusnya kerja jantung tidak boleh terhambat oleh apapun. Sebab, kerja jantung sangat penting, yaitu memompa darah ke seluruh tubuh dan mengedarkan makanan untuk tubuh beserta oksigen agar organ lain juga bisa berfungsi dengan baik.
Dari sekian banyak penyakit jantung yang ada, dokter Raja menyebutkan penyakit jantung koroner adalah yang paling banyak ditemui dan paling fatal akibatnya. Penyakit jantung koroner terjadi ketika ada sistem peredaran darah otot jantung terganggu.
"Otot jantung selalu bergerak, dan terus berkontraksi. Otot jantung perlu energi, perlu oksigen dan itu disuplai dari pembuluh darah koroner yang memberikan darah pada otot jantung agar bergerak," kata dokter Raja dalam acara temu media di Rumah Sakit Bethsaida, Tangerang, Kamis (17/12).
Gangguan pada pembuluh darah koroner biasanya disebabkan adanya penyumbatan. Hal itu biasanya terjadi ketika ada plak yang terbentuk dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan diameter pembuluh darah koroner menyempit.
"Itu menyebabkan suplai darah berkurang dan pasti akan membawa dampak terhadap otot jantung," ujar dokter Raja.
Ia menjelaskan, terbentuknya plak diawali oleh kolesterol yang menumpuk di pembuluh darah. Hal tersebut terjadi karena pelindung pembuluh darah yang licin rusak karena nikotin, polusi, stres, dan lain-lain.
Penumpukan kolesterol itu lama-lama akan mengeras. Sebab, ketika menumpuk, kolesterol memanggil kalsium untuk mengeraskan diri.
"Kalau kalsium tidak dipanggil, lemak akan rontok lalu pergi ke saluran yang lebih kecil lagi dan akan menyumbat. Atau bisa juga kumpulan lemak itu pecah dan akhirnya membuat aliran darah tidak bisa lewat. Itu akan memengaruhi jantung."
Kalsium yang diperoleh untuk membuat plak, berasal dari kalsium di dalam darah. Jika jumlah kalsium di dalam darah kurang, maka kalsium itu akan diambil dari bagian-bagian lain.
Perkembangan plak kolesterol dalam pembuluh darah tersebut akan berjalan sesuai dengan penjagaan setiap individu. Raja mengatakan, kalau konsumsi lemak tidak tinggi, tidak hipertensi, perilaku sehat, olahraga, cukup istirahat, plak akan tetap bertambah tapi lebih lambat. Sebaliknya, kalau tidak dijaga, perkembangan plak akan lebih cepat.
"Tapi tidak ada hubungannya dengan minum susu kalsium atau tidak. Kalau tidak ada tumpukan kolesterol itu, kalsiumnya pun tidak akan dipanggil untuk mengeraskan," kata dokter Raja.
Pemeriksaan lewat kalsium
Karena penyumbatan pembuluh darah koroner yang mengganggu kerja jantung ternyata mempunyai hubungan dengan kalsium, pemeriksaan penyakit jantung koroner juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan kalsium. Namanya calcium scoring.
Pemeriksaan ini mempunyai keunggulan lebih murah dan lebih sederhana jika dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. Calcium scoring terbukti efektif langsung ke anatomi koroner dan hasilnya cukup informatif.
Calcium scoring juga tidak melukai pasien, tidak melelehkan pasien, pemeriksaan cepat, hasilnya cepat, tidak menggunakan kontras, tidak banyak radiasi, tidak perlu cek lab fungsi ginjal, dan tidak perlu puasa, kata Raja.
Dia menjelaskan, calcium scoring merupakan bagian dari rangkaian proses CT Scan yang lebih komplit. Tapi, ternyata, untuk mengetahui ada atau tidaknya sumbatan di daerah jantung, cukup dilakukan satu tahap pemeriksaan saja yaitu calcium scoring.
Pemeriksaan ini akan menghasilkan data berupa angka. Angka yang muncul nantinya dicocokkan dengan kategori klasifikasi tingkat kalsium. Ada yang normal dengan skor 0, minimal dengan skor 1-10, mild 11-100, moderate 101-400 dan significant lebih dari 401.
"Makin tinggi angkanya, makin banyak atau besar sumbatannya. Asumsinya makin banyak kalsiumnya makin banyak sumbatannya," ujarnya.
Bila hasil pemeriksaan normal, artinya belum ada penyumbatan. Namun disarankan kontrol faktor risiko dan melakukan calcium scoring lagi 1-2 tahun berikutnya.
Bisa hasilnya mild, berarti sudah ada penyumbatan tetapi masih ringan. Perlu diobati, bukan mengurangi tapi memperlambat penumpukan plak.
Sementara itu, bila hasilnya moderate-significant apalagi ada gejala spesifik seperti bukti stress test positif atau faktor risiko berat lainnya, dianjurkan melakukan kateterisasi diagnostik.
baca juga :
kalsium terbaik di dunia
No comments:
Post a Comment