Salah seorang pengrajin batu akik, Agus Laksono, 52, mengaku terpaksa menutup stand batiknya dan lebih mempertahankan dagangan batu akik. Selain lebih moncer untungnya, batu akik sedikit saingan di ajang pameran produk dalam negeri di Monas, Jakarta Pusat.
"Yang batik kagak laku mas. Lagian saingan banyak bangat di sini. Ya udah, saya buka batu akik aja dua hari ini. Yah, mendingan agak banyak yang tanya-tanya dan nyari," ujar pria asal Cirebon itu saat ditemui di Monas, Jakarta, Minggu (28/9/2014).
Dengan pengalaman lima tahun dan sering ikut pameran batu akik, pria logat Sunda ini punya modal jualan batu akik. Dia pun paham soal jenis-jenis batu akik seperti garut, safir, dan bacan.
"Bacan mas banyak dicari. Warna bagus, motifnya berkharisma. Ini harganya di tempat saya dari Rp 1,5 juta sampai Rp 4,5 juta. Kalau lebih dari itu, mesen dulu," sebutnya.
Setelah bacan, Agus juga menjual koleksi batu akik Sulaiman dan batu sungai dare dari Padang serta Aceh. Harga batu di standnya ini dibanderol Rp 1 juta - Rp 3 juta. Tidak ketinggalan, dia juga ada koleksi batu Garut. Kebetulan, dia punya kenalan pengrajin batu Garut di kampung halamannya, di Cirebon, Jawa Barat. Namun, untuk harga batu Garut menurutnya lebih murah dibandingkan batu bacan atau batu safir.
"Paling harganya di bawah Rp 600 ribu mas. Tapi, ada aja yang beli ini barang. Kemarin laku nih waktu pameran batu akik di Makasar. Saya bawa enam belas biji, laku semua tuh, habis semua di sana," ujarnya.
Selama dua hari pameran produk di Monas, Agus mengaku menarik untung sedikitnya Rp 1,9 juta per hari dari jualan batu akik. Beda dengan busana batik yang sehari cuma Rp 400 ribu.
No comments:
Post a Comment