Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi Jakarta yang diguncang bom ternyata membuat banyak spekulasi dan informasi yang beredar. Dari adanya ancaman bom di beberapa tempat lain, hingga adanya tersangka bermotor yang masih dalam pengejaran beberapa waktu lalu.
"Jangan langsung percaya dengan semua berita yang belum dibuktikan kebenarannya," kata psikolog Anna Surti Ariani kepada CNNindonesia.com, Kamis (14/1).
Nina, panggilan akrab Anna, mengungkapkan bahwa sebenarnya penyebaran informasi yang belum jelas kebenarannya, ini akan memicu kecemasan banyak orang. Dan yang lebih buruknya, hal ini juga akan memicu ketakutan orang.
Bisa jadi beragam informasi yang diberikan secara viral ini, punya maksud positif, yaitu agar berhati-hati. Hanya saja, Nina mengungkapkan yang sebaliknya.
"Kalau belum terbukti kebenarannya, hanya broadcast saja, info ini hanyalah info yang tidak berguna,” tegasnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa hal ini juga akan menggiring seseorang mengalami trauma.
"Trauma bukan hanya karena dia mengalami, ada di lokasi kejadian saat itu, luka, atau melihat kejadian saja,” ucap Nina.
"Tapi sebenarnya melihat, mendengar banyak info dari media sosial atau berita yang belum tentu benar tentang suatu kejadian itu juga akan menimbulkan trauma tersendiri."
Hal ini, dinilai Nina, mungkin terjadi karena sekarang ini banyak orang ingin punya nilai kalau mereka punya info yang terdepan dan jadi yang pertama.
Selain itu, keingintahuan akan sesuatu yang besar dan ingin berbagi kepada orang lain, juga menjadi alasan kalau masyarakat jadi ingin mengunggah atau memberi banyak info. Hanya saja, mereka sendiri tak bisa memberikan informasi yang terverifikasi kebenarannya.
Berita yang tak jelas kebenarannya atau hoax ini pada akhirnya hanya akan membuat kecemasan berlebihan. Kecemasan ini akan membuat orang akhirnya tak bisa berpikir jernih, mengambil sikap yang tenang, dan justru takut.
"Rasa takut pasti ada, tapi yang dibutuhkan sekarang bukanlah takut dan cemas. Yang kita harus lakukan adalah waspada," ucapnya.
"Kita harus paham, bahwa memang ada kejadian menakutkan ini, tapi kita juga harus bijak untuk menyaring setiap info yang kita terima."
Alih-alih menyebarkan berita yang menakutkan, Nina sendiri lebih mengapresiasi penyaluran informasi yang lebih positif. Misalnya, informasi soal lalu lintas dan informasi jalanan yang aman dilalui, informasi jalan yang bisa dilewati, sampai informasi kendaraan umum yang bisa digunakan dengan gratis.
"Jangan langsung percaya dengan semua berita yang belum dibuktikan kebenarannya," kata psikolog Anna Surti Ariani kepada CNNindonesia.com, Kamis (14/1).
Nina, panggilan akrab Anna, mengungkapkan bahwa sebenarnya penyebaran informasi yang belum jelas kebenarannya, ini akan memicu kecemasan banyak orang. Dan yang lebih buruknya, hal ini juga akan memicu ketakutan orang.
Bisa jadi beragam informasi yang diberikan secara viral ini, punya maksud positif, yaitu agar berhati-hati. Hanya saja, Nina mengungkapkan yang sebaliknya.
"Kalau belum terbukti kebenarannya, hanya broadcast saja, info ini hanyalah info yang tidak berguna,” tegasnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa hal ini juga akan menggiring seseorang mengalami trauma.
"Trauma bukan hanya karena dia mengalami, ada di lokasi kejadian saat itu, luka, atau melihat kejadian saja,” ucap Nina.
"Tapi sebenarnya melihat, mendengar banyak info dari media sosial atau berita yang belum tentu benar tentang suatu kejadian itu juga akan menimbulkan trauma tersendiri."
Hal ini, dinilai Nina, mungkin terjadi karena sekarang ini banyak orang ingin punya nilai kalau mereka punya info yang terdepan dan jadi yang pertama.
Selain itu, keingintahuan akan sesuatu yang besar dan ingin berbagi kepada orang lain, juga menjadi alasan kalau masyarakat jadi ingin mengunggah atau memberi banyak info. Hanya saja, mereka sendiri tak bisa memberikan informasi yang terverifikasi kebenarannya.
Berita yang tak jelas kebenarannya atau hoax ini pada akhirnya hanya akan membuat kecemasan berlebihan. Kecemasan ini akan membuat orang akhirnya tak bisa berpikir jernih, mengambil sikap yang tenang, dan justru takut.
"Rasa takut pasti ada, tapi yang dibutuhkan sekarang bukanlah takut dan cemas. Yang kita harus lakukan adalah waspada," ucapnya.
"Kita harus paham, bahwa memang ada kejadian menakutkan ini, tapi kita juga harus bijak untuk menyaring setiap info yang kita terima."
Alih-alih menyebarkan berita yang menakutkan, Nina sendiri lebih mengapresiasi penyaluran informasi yang lebih positif. Misalnya, informasi soal lalu lintas dan informasi jalanan yang aman dilalui, informasi jalan yang bisa dilewati, sampai informasi kendaraan umum yang bisa digunakan dengan gratis.
No comments:
Post a Comment