Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah puluhan tahun menjadi chef andalan sebuah hotel mewah di Jakarta, Vindex Tengker memutuskan untuk berhenti. Namun jiwa chef yang ia miliki tak hilang begitu saja, meski tak lagi berada di dapur, tetapi ia masih bertanggung jawab atas cita rasa makanan yang keluar dari dapur maskapai nasional, Garuda Indonesia.
"Saya di hotel sudah 29 tahun, dan saya pikir ini mungkin saatnya mencari tantangan lain," kata Vindex saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu yang lalu.
Pria kelahiran 24 November 1968 ini mengakui, niat awalnya adalah membuat sebuah sekolah. Namun tawaran Garuda Indonesia membuat dia berpikir ulang untuk menjalani posisi sebagai Vice President Inflight Service.
Posisinya kali ini, membuat ia menjalankan peran konseptor dalam menentukan pelayanan yang membuat penumpang nyaman di atas ketinggian udara, termasuk masalah kuliner sebagai keahliannya.
Menjadi pejabat kelas atas sebuah maskapai internasional tak lantas membuat Vindex meninggalkan dapur selamanya. Ia masih sering memberikan pendapat mengenai makanan yang layak dan lezat disajikan dalam pesawat, serta yang tidak layak diberikan kepada penumpang.
"Saya juga awalnya tidak mengetahui, tapi saya belajar berbagai hal, seperti kalau di ketinggian, level kepedasan makanan harus dikurangi," kata Vindex.
Baginya, baik di udara ataupun di darat, memasak tidaklah berbeda. Dengan resep dan teknik yang hanya mengalami sedikit modifikasi, titik berat utama makanan berkualitas tetaplah sama, yaitu konsistensi rasa.
Vindex menceritakan, di hotel bintang lima rata-rata seorang chef dan timnya harus memasak sekitar lima ribu porsi per harinya. Sedangkan maskapai yang kini ia tergabung di dalamnya, dapat memasak tiga hingga empat ribu porsi dalam sehari.
"Mungkin sebenarnya umur segini harusnya sudah tidak di dapur, tapi bagaimanapun saya tetap suka kuliner,” kata Vindex.
"Saya di hotel sudah 29 tahun, dan saya pikir ini mungkin saatnya mencari tantangan lain," kata Vindex saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu yang lalu.
Pria kelahiran 24 November 1968 ini mengakui, niat awalnya adalah membuat sebuah sekolah. Namun tawaran Garuda Indonesia membuat dia berpikir ulang untuk menjalani posisi sebagai Vice President Inflight Service.
Posisinya kali ini, membuat ia menjalankan peran konseptor dalam menentukan pelayanan yang membuat penumpang nyaman di atas ketinggian udara, termasuk masalah kuliner sebagai keahliannya.
Menjadi pejabat kelas atas sebuah maskapai internasional tak lantas membuat Vindex meninggalkan dapur selamanya. Ia masih sering memberikan pendapat mengenai makanan yang layak dan lezat disajikan dalam pesawat, serta yang tidak layak diberikan kepada penumpang.
"Saya juga awalnya tidak mengetahui, tapi saya belajar berbagai hal, seperti kalau di ketinggian, level kepedasan makanan harus dikurangi," kata Vindex.
Baginya, baik di udara ataupun di darat, memasak tidaklah berbeda. Dengan resep dan teknik yang hanya mengalami sedikit modifikasi, titik berat utama makanan berkualitas tetaplah sama, yaitu konsistensi rasa.
Vindex menceritakan, di hotel bintang lima rata-rata seorang chef dan timnya harus memasak sekitar lima ribu porsi per harinya. Sedangkan maskapai yang kini ia tergabung di dalamnya, dapat memasak tiga hingga empat ribu porsi dalam sehari.
"Mungkin sebenarnya umur segini harusnya sudah tidak di dapur, tapi bagaimanapun saya tetap suka kuliner,” kata Vindex.
No comments:
Post a Comment