Jakarta, CNN Indonesia -- Revitalisasi Kota Tua yang mengelilingi Museum Fatahillah Jakarta dalam setahun belakangan terlihat juga hasilnya. Lantai dua gedung kantor pos yang dulu kosong dan terbengkalai, kini disulap menjadi restoran berkonsep galeri bernama Batavia Market.
Pintu masuk Batavia Market terletak di sebelah kiri pintu utama Kantor Pos. Begitu memasuki pintu yang cukup tinggi, ada tangga di pojok ruangan yang akan mengantarkan ke restoran.
Begitu sampai di lantai dua, jendela-jendela besar langsung menampakkan pemandangan Museum Fatahillah beserta keramaiannya. Di sisi lain ada dinding yang dihiasi karya seni berupa lukisan yang disusun apik.
Di bagian bangunan lain terdapat pula berbagai instalasi seni. Semuanya memiliki satu tema, yaitu 'Mencegah Bara', berkaitan dengan nasib hutan di Indonesia.
Yang paling menyita perhatian adalah sebuah boks kaca besar berhiaskan burung-burung tiga dimensi yang tergantung di tengah ruangan. Bagian tengahnya dibiarkan bolong sehingga jika orang yang masuk ke dalam boks bisa mendengar suara burung-burung itu.
Di bagian bangunan lainnya terdapat pameran fotografi. Kebanyakan foto berkisah tentang kebakaran hutan yang selalu terjadi di Indonesia. Bahkan peristiwa kebakaran yang terjadi tahun ini juga ada.
Puas menikmati karya seni dan memuaskan indera penglihatan, saatnya mengisi perut dan memuaskan indera perasa. Kurang lebih ada 80 menu yang bisa dicicipi di restoran berkonsep galeri ini.
Pengelola Batavia Market, Ferry Dafira, mengatakan konsep restorannya ia beri nama fusion art. Di dalam satu lokasi saja, pengunjung bisa menikmati pameran seni, kuliner, dan juga pertunjukan budaya.
Untuk makanan, Batavia Market menyebut makanan mereka dibuat dengan cita rasa seni. Kendati makanannya terdengar familiar, Ferry memastikan ada sesuatu yang berbeda dari makanan yang mereka suguhkan. Misalnya saja seperti Mini Black Burger.
"Patty-nya terbentuk dari campuran tempe dan jamur secret recipe. Rotinya lembut, seperti roti jadul jaman dulu. Kami mencampurkan makanan masa kini dan masa dulu," kata Ferry dalam pembukaan Batavia Market, Jumat (18/12).
Sekilas tidak ada yang terlihat berbeda dengan burger mungil itu. Tapi begitu digigit di lidah, isi burger terasa lebih padat jika dibandingkan dengan daging. Mungkin orang yang memakannya dapat mengetahui dengan mudah kalau itu tempe, namun rasa saus barbecue yang gurih dan pekat sedikit menyamarkan rasa dari tempe.
Selain burger, ada juga Jasmine Fried Rice atau Nasi Goreng Melati. Di atas nasi goreng yang memiliki dominan rasa manis, ada Bunga Melati yang utuh dengan kelopak bunga yang disebar di atasnya.
Ternyata Bunga Melati ini bukan hanya untuk hiasan. Pengunjung juga bisa memakannya bersamaan dengan menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut.
Rasanya unik. Harum Melati langsung menyeruak ke penjuru mulut. Dari segi rasa tak terlalu memberikan pengaruh. Tapi, sensasi yang diberikan ketika memakan nasi goreng tersebut menjadi berbeda.
"Pakai Melati untuk aroma sehingga after taste-nya setelah makan nasi goreng, bau bawang di mulut yang biasanya terasa setelah makan nasi goreng bisa hilang," ujar food artist yang memasak untuk Batavia Market, Ferry Lee.
Makanan penutup juga tak kalah uniknya. Batavia Market menyajikan Puding Kelapa yang disuguhkan dengan batok kelapa langsung. Bentuknya seperti kelapa Thailand.
Puding Kelapa khas Batavia Market memiliki tekstur yang sangat lembut. Rasanya seperti memakan daging kelapa. Tak ada rasa manis di dalamnya, hanya ada rasa khas air kelapa.
Ferry Lee mengatakan, Puding Kelapa itu memang hanya dibuat dengan air kelapa. Tidak ada susu atau tambahan lain yang biasanya digunakan dalam membuat puding. Rahasia susksenya, ada di cara pembuatannya.
Sayangnya, meski mereka menyebut makanannya sebagai food art, penampilan sajian yang ditata di atas piring seperti tidak memberi cita rasa seni.
"Kami bukan bermain dari sisi platting. Kami bermain dari sisi rasa dan keunikan makanan yang tidak ada di tempat lain," ujar Ferry Lee.
Selain makanan tersebut, ada juga menu makanan lainnya yang bisa Anda cicipi di Batavia Market. Setidaknya ada makanan dari 12 negara yang bisa dicicipi, seperti tomyam, ramyun, dan sushi.
Soal konsep budaya yang merupakan nilai lebih dari restoran ini, Ferry Dafira menjanjikan akan memberikan suguhan-suguhan khas nusantara dengan kemasan yang modern secara langsung. Misalnya saja pengunjung bisa menyaksikan pelukis yang sedang menumpahkan imajinasinya dalam kanvas secara langsung, sambil menyantap makanan.
"Ada musik keroncong juga, musik gamelan, pokoknya musik khas nusantara. Nanti mereka mainnya bukan lagi tradisional, tapi lagu western. Ada juga nanti musik barat seperti jazz. Fusion banget, tidak ada pakemnya," ujar Ferry Dafira.
Untuk kisaran harga makanan, Batavia Market menawarkan harga Rp15 ribu-Rp50 ribu.
Batavia Market buka setiap hari. Untuk hari Minggu sampai Jumat, jam bukanya mulai pukul 09.00 sampai 00.00 WIB. Sementara untuk Jumat dan Sabtu buka sampai pukul 02.00 WIB.
baca juga :
Amerika Larang Remaja Hitamkan Kulit
Pria Bermain Saxophone Selama Operasi Otak 12 Jam
Daging 'Sapi Bahagia' di Paris, Paling Mahal di Dunia
Kopi Jenis Baru Guna Cegah Kanker dan Serangan Jantung
Empat 'Peraturan' Sebelum Ajak Anak Masak
Pintu masuk Batavia Market terletak di sebelah kiri pintu utama Kantor Pos. Begitu memasuki pintu yang cukup tinggi, ada tangga di pojok ruangan yang akan mengantarkan ke restoran.
Begitu sampai di lantai dua, jendela-jendela besar langsung menampakkan pemandangan Museum Fatahillah beserta keramaiannya. Di sisi lain ada dinding yang dihiasi karya seni berupa lukisan yang disusun apik.
Di bagian bangunan lain terdapat pula berbagai instalasi seni. Semuanya memiliki satu tema, yaitu 'Mencegah Bara', berkaitan dengan nasib hutan di Indonesia.
Yang paling menyita perhatian adalah sebuah boks kaca besar berhiaskan burung-burung tiga dimensi yang tergantung di tengah ruangan. Bagian tengahnya dibiarkan bolong sehingga jika orang yang masuk ke dalam boks bisa mendengar suara burung-burung itu.
Di bagian bangunan lainnya terdapat pameran fotografi. Kebanyakan foto berkisah tentang kebakaran hutan yang selalu terjadi di Indonesia. Bahkan peristiwa kebakaran yang terjadi tahun ini juga ada.
Puas menikmati karya seni dan memuaskan indera penglihatan, saatnya mengisi perut dan memuaskan indera perasa. Kurang lebih ada 80 menu yang bisa dicicipi di restoran berkonsep galeri ini.
Pengelola Batavia Market, Ferry Dafira, mengatakan konsep restorannya ia beri nama fusion art. Di dalam satu lokasi saja, pengunjung bisa menikmati pameran seni, kuliner, dan juga pertunjukan budaya.
Instalasi seni dan pameran foto di lantai dua Kantor Pos, Kota Tua, Jakarta. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
|
(CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
|
"Patty-nya terbentuk dari campuran tempe dan jamur secret recipe. Rotinya lembut, seperti roti jadul jaman dulu. Kami mencampurkan makanan masa kini dan masa dulu," kata Ferry dalam pembukaan Batavia Market, Jumat (18/12).
Sekilas tidak ada yang terlihat berbeda dengan burger mungil itu. Tapi begitu digigit di lidah, isi burger terasa lebih padat jika dibandingkan dengan daging. Mungkin orang yang memakannya dapat mengetahui dengan mudah kalau itu tempe, namun rasa saus barbecue yang gurih dan pekat sedikit menyamarkan rasa dari tempe.
Mini black burger, burger hitam dengan isian tempe dan jamur yang diolah dengan resep rahasia di Batavia Market, Kota Tua, Jakarta. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
|
Ternyata Bunga Melati ini bukan hanya untuk hiasan. Pengunjung juga bisa memakannya bersamaan dengan menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut.
Rasanya unik. Harum Melati langsung menyeruak ke penjuru mulut. Dari segi rasa tak terlalu memberikan pengaruh. Tapi, sensasi yang diberikan ketika memakan nasi goreng tersebut menjadi berbeda.
"Pakai Melati untuk aroma sehingga after taste-nya setelah makan nasi goreng, bau bawang di mulut yang biasanya terasa setelah makan nasi goreng bisa hilang," ujar food artist yang memasak untuk Batavia Market, Ferry Lee.
Nasi goreng melati dengan cita rasa dominan manis dan harum bunga melati yang bisa dimakan bersamaan di Batavia Market, Kota Tua, Jakarta. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
|
Puding kelapa yang dibuat dari air kelapa dan resep rahasia di Batavia Market, Kota Tua, Jakarta. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
|
Puding Kelapa khas Batavia Market memiliki tekstur yang sangat lembut. Rasanya seperti memakan daging kelapa. Tak ada rasa manis di dalamnya, hanya ada rasa khas air kelapa.
Ferry Lee mengatakan, Puding Kelapa itu memang hanya dibuat dengan air kelapa. Tidak ada susu atau tambahan lain yang biasanya digunakan dalam membuat puding. Rahasia susksenya, ada di cara pembuatannya.
Sayangnya, meski mereka menyebut makanannya sebagai food art, penampilan sajian yang ditata di atas piring seperti tidak memberi cita rasa seni.
"Kami bukan bermain dari sisi platting. Kami bermain dari sisi rasa dan keunikan makanan yang tidak ada di tempat lain," ujar Ferry Lee.
Selain makanan tersebut, ada juga menu makanan lainnya yang bisa Anda cicipi di Batavia Market. Setidaknya ada makanan dari 12 negara yang bisa dicicipi, seperti tomyam, ramyun, dan sushi.
Soal konsep budaya yang merupakan nilai lebih dari restoran ini, Ferry Dafira menjanjikan akan memberikan suguhan-suguhan khas nusantara dengan kemasan yang modern secara langsung. Misalnya saja pengunjung bisa menyaksikan pelukis yang sedang menumpahkan imajinasinya dalam kanvas secara langsung, sambil menyantap makanan.
"Ada musik keroncong juga, musik gamelan, pokoknya musik khas nusantara. Nanti mereka mainnya bukan lagi tradisional, tapi lagu western. Ada juga nanti musik barat seperti jazz. Fusion banget, tidak ada pakemnya," ujar Ferry Dafira.
Untuk kisaran harga makanan, Batavia Market menawarkan harga Rp15 ribu-Rp50 ribu.
Batavia Market buka setiap hari. Untuk hari Minggu sampai Jumat, jam bukanya mulai pukul 09.00 sampai 00.00 WIB. Sementara untuk Jumat dan Sabtu buka sampai pukul 02.00 WIB.
baca juga :
Amerika Larang Remaja Hitamkan Kulit
Pria Bermain Saxophone Selama Operasi Otak 12 Jam
Daging 'Sapi Bahagia' di Paris, Paling Mahal di Dunia
Kopi Jenis Baru Guna Cegah Kanker dan Serangan Jantung
Empat 'Peraturan' Sebelum Ajak Anak Masak
No comments:
Post a Comment