Wednesday, 23 December 2015

Dari Yogyakarta ke Jakarta Demi Memasak Untuk Anak

Dari Yogyakarta ke Jakarta Demi Memasak Untuk AnakIlustrasi ibu dan anak memasak. (Thinkstock/Creates Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Makanan apa yang paling enak di dunia ini? Banyak yang bilang makanan Barat, Asia, atau malah masakan Indonesia. Namun, jika dibandingkan dengan masakan buatan ibu, semua bukan tandingan. Bagi seorang anak, masakan ibu adalah yang paling enak.

Setiap ibu sudah pasti akan berusaha semampunya untuk memastikan sang buah hati terpenuhi konsumsi hariannya. Pun dengan salah satu ibu yang rela jauh-jauh dari Yogyakarta ke Jakarta untuk ikut sebuah acara memasak, dan kemudian dapat membawa ilmunya, demi memasak makanan lezat untuk buah hati.

Wiwin adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di Kota Gudeg, ia kerja setiap harinya mulai dari pagi hingga petang. Dengan memiliki dua orang anak, Wiwin pun mengakui tak setiap waktu dapat menyediakan makanan untuk putrinya yang seumuran SMP dan putranya yang duduk di kelas 4 SD.

"Saya tidak bisa setiap saat memasak untuk anak-anak, paling keseharian hanya sarapan. Kalau masak banyak, paling hanya bisa dilakukan saat hari libur atau Minggu," kata Wiwin saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Menjalani peran ganda sebagai ibu dan juga wanita karier memang tak mudah bagi Wiwin. Ia harus benar-benar dapat membagi waktunya antara mengurus anak, serta mengabdi kepada Negara sebagai PNS. Apalagi terkait makanan, mau tak mau Wiwin pun meminta bantuan kepada anak-anaknya.

Wiwin termasuk ibu yang kerap memberikan tugas memasak kepada anak-anaknya. Biasanya ia berikan tugas itu kepada sang putri, sebagai yang tertua. Namun bukan pekerjaan yang sulit, hanya sekedar menanak nasi sebelum ia pulang ke rumah. Sehingga, Wiwin hanya perlu membawa bahan lauk ataupun sayur, dan dapat langsung memasak dengan cepat untuk makan malam anak-anaknya.

Kebiasaan meminta anaknya untuk membantu memasak pun menjadikan pekerjaan Wiwin terbantu. Anak-anaknya pun terbiasa untuk memasak makanan sendiri. Bukan hanya putrinya yang dapat memasak, bahkan putra Wiwin yang masih SD sudah dapat menggoreng tempe, memasak nasi goreng, dan membantu ibunya.

"Yang kecil (putra) memang lebih semangat untuk belajar masak, ia lebih ingin tahu," kata Wiwin. "Saya termasuk ibu yang cuek, kalau ia mau menggoreng, ya saya biarkan. Dia juga tahu api itu panas, jadinya akan berhati-hati sendiri.”

Wiwin mengatakan, dia sangat beruntung memiliki anak-anak yang gemar memasak.

"Seneng punya anak yang bisa masak dan bantuin ibunya. Jadi mereka juga disayang oleh orang lain. Orang lain juga selalu menjadikan anak saya sebagai contoh," kata Wiwin. "Saya jadi bangga, dan senang jadi tidak capek-capek amat memasak," kata Wiwin sembari tertawa.

Meski sudah dibantu, tapi Wiwin, yang berusia 40an tak dapat memungkiri bahwa semakin hari ia pun semakin lelah untuk memasak. Sehingga ketika masakannya habis dimakan oleh anak-anaknya, bagi Wiwin hal itu merupakan apresiasi dan bentuk sayang dari anak-anaknya. Rasanya, letih karena masak akan hilang begitu makanan yang tersaji ludes dilahap.

Seperti ibu pada umumnya, Wiwin pun memiliki impian di Hari Ibu. Sebagai seorang ibu, Wiwin tak meminta apapun yang muluk-muluk dari anak-anaknya. Wiwin sadar, anak-anaknya belum dewasa dan masih membutuhkan ia untuk memberika bimbingan serta arahan dalam menuju proses pendewasaan mereka.

"Saya ingin anak-anak saya suatu hari nanti bisa memasak khusus untuk saya," kata Wiwin, lalu terdiam dan berkaca-kaca.

"Selama ini, memang sih mereka sudah bisa memasak, tapi kan masih saya yang menyiapkan bahannya, yang mengatur, dan macam-macam. Nah saya ingin suatu kali nanti mereka bisa memasak dan berkata 'ini untuk Ibu', sudah hanya itu saja keinginan saya." Kata Wiwin, sembari mengusap matanya. 

No comments:

Post a Comment