Jakarta -
Puno adalah lelaki pekerja keras. Bersama dengan dua kawannya, ia bekerja siang dan malam. Memberikan stamp pada amplop surat, memilahnya dan mengirimkannya. Di sela-sela kesibukan bekerja, ia menyempatkan untuk bermain dengan kawan-kawannya.
Baginya, kehidupan terasa baik-baik saja. Hingga pada suatu hari, Puno mendapati penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Hidupnya seperti berhenti saat itu juga. Ia kembali mempertanyakan apa yang terpenting dalam hidupnya.
Di Festival Salihara yang kelima kali ini, Papermoon Puppet Theater asal Yogyakarta mementaskan karya terbarunya yang berjudul 'Surat ke Langit'. Lakon dengan tata panggung, musik, visual dan pencahayaan yang indah terinspirasi akan kisah sahabat mereka.
"Pertunjukan ini kami dedikasikan kepada sahabat kami Don Maralit. Setiap kali menceritakan tentangnya saya harus sedia tisu," ujar Maria Tri Sulistyani menutup pementasan Sabtu(27/9/2014) di Teater Salihara.
Kepada detikHOT, pendiri Papermoon Puppet Theater tersebut menceritakan kisah tentang sahabatnya tersebut.
"Ia perupa dan juga seniman teater boneka dari Filipina. Sejak dua tahun lalu kami berencana kolaborasi bareng bikin 'Langit Project' tapi belum jadi dibikin sampai dia meninggal Maret lalu," kenang Ria.
Setelah kepergian sahabatnya, Ria dan suaminya Iwan Effendi menyadari kematian Don adalah ide awal proyek lakon mereka berikutnya. Cerita yang sederhana ini pun dikemas dengan penceritaan yang dapat dinikmati oleh anak-anak dari usia enam tahun ke atas.
Baginya, kehidupan terasa baik-baik saja. Hingga pada suatu hari, Puno mendapati penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Hidupnya seperti berhenti saat itu juga. Ia kembali mempertanyakan apa yang terpenting dalam hidupnya.
Di Festival Salihara yang kelima kali ini, Papermoon Puppet Theater asal Yogyakarta mementaskan karya terbarunya yang berjudul 'Surat ke Langit'. Lakon dengan tata panggung, musik, visual dan pencahayaan yang indah terinspirasi akan kisah sahabat mereka.
"Pertunjukan ini kami dedikasikan kepada sahabat kami Don Maralit. Setiap kali menceritakan tentangnya saya harus sedia tisu," ujar Maria Tri Sulistyani menutup pementasan Sabtu(27/9/2014) di Teater Salihara.
Kepada detikHOT, pendiri Papermoon Puppet Theater tersebut menceritakan kisah tentang sahabatnya tersebut.
"Ia perupa dan juga seniman teater boneka dari Filipina. Sejak dua tahun lalu kami berencana kolaborasi bareng bikin 'Langit Project' tapi belum jadi dibikin sampai dia meninggal Maret lalu," kenang Ria.
Setelah kepergian sahabatnya, Ria dan suaminya Iwan Effendi menyadari kematian Don adalah ide awal proyek lakon mereka berikutnya. Cerita yang sederhana ini pun dikemas dengan penceritaan yang dapat dinikmati oleh anak-anak dari usia enam tahun ke atas.
No comments:
Post a Comment