Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang ilmuwan Harvard menolak ide bahwa kekayaan, pamor dan kesuksesan dapat membuat kehidupan yang menyenangkan. Baginya hubungan yang kuat antarmanusia adalah kunci yang dapat membuat orang lebih bahagia dan sehat.
Profesor Bidang Psikologi Klinis Harvard Medical School Robert Waldinger menyimpulkan hal tersebut setelah sebuah kajian tentang perkembangan manusia dewasa dilakukan selama 77 tahun. Dia sendiri merupakan kepala kajian keempat dalam penelitian ini.
Studi yang dimulai sejak 1938 itu melibatkan 724 orang yang dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok berisi 268 mahasiswa tingkat dua, yang banyak di antaranya ikut berperang dalam Perang Dunia II.
Kelompok kedua diisi 456 orang, yang kebanyakan adalah remaja usia 12-16 tahun dan berasal dari salah satu lingkungan di Boston, yang diketahui sebagai wilayah dengan keluarga kurang beruntung, pada tahun 1930an. Kala itu, banyak dari ratusan anak Boston tersebut yang hidup di rumah-rumah petak tanpa air bersih.
Studi dimulai dengan pengecekan medis para partisipan tersebut dan mewawancarai orangtua mereka. Hal itu dilakukan untuk mengetahui cara hidup mereka.
Kehidupan mereka disurvei dua tahun sekali. Periset melihat perilaku mereka di tempat kerja dan juga di rumah. Sedangkan untuk tes medis, mereka harus melakukan pengecekan lima tahun sekali.
Seperempat abad kemudian, atau 25 tahun setelah tes itu berjalan, 60 dari 724 orang di kelompok pertama, diketahui masih hidup dan tetap ikut dalam penelitian. Usia mereka kebanyakan sudah memasuki 90 tahun.
Dari temuan itu, Waldinger menilai, ada tiga hal penting tentang hidup dan kebahagiaan, yang kesemuanya itu menekankan pentingnya menjaga kualitas hubungan.
"Pesan penting dari studi yang dilakukan selama 75 tahun ini adalah, hubungan yang baik dapat membuat kita lebih bahagia dan sehat," kata Waldinger dalam sebuah konferensi, seperti ditulis oleh Independent.
Dari penelitian tersebut, ditemukan tiga hal penting tentang kebahagiaan orang dewasa.
Kesepian Bisa Membunuh
Profesor Waldinger mengatakan, dari penelitan yang dilakukan, ditemukan bahwa hubungan sosial dapat memberi efek positif untuk kesehatan. Dia juga memperingatkan, merasa kesepian dapat membunuh manusia.
Orang-orang yang mempunyai hubungan sosial, baik itu dengan anggota keluarga, teman ataupun komunitas adalah orang yang lebih bahagia, secara fisik lebih sehat, dan cenderung berumur panjang.
Sedangkan bagi mereka yang hidupnya lebih terisolasi dari orang lain, disebut akan lebih mengalami masalah kesehatan dan lebih cepat mengalami disfungsi otak.
Pentingnya Kualitas Hubungan
Sementara kesepian menjadi ancaman yang berbahaya, ternyata kata Waldinger, hidup dikelilingi orang pun tidak melulu menjadi hal yang menguntungkan.
"Kami tahu bahwa kamu bisa saja merasa kesepian di tengah keramaian, dan bahkan merasa kesepian dalam pernikahanmu," ujarnya.
Malah, menurut Waldinger, menjalani pernikahan dengan penuh konflik adalah lebih buruk untuk kesehatan, dibandingkan bercerai dengan pasangan. Sementara itu, hidup di tengah hubungan yang hangat membuat perasaan lebih aman.
Hubungan yang Kuat Berpengaruh Baik untuk Tubuh dan Pikiran
Profesor Waldinger mengatakan, orang-orang yang merasa dapat mengandalkan orang lain ketika mereka sedang mengalami masalah adalah orang yang mempunyai ingatan yang kuat.
Namun dia menegaskan, hubungan yang baik bukan selalu berarti sempurna. Waldinger menilai, meski banyak pasangan atau sebuah hubungan dipenuhi pertengkaran, mereka tahu bahwa mereka memiliki seseorang di saat mereka berselisih.
Waldinger berkesimpulan, menjaga hubungan yang baik adalah pekerjaan yang berat dan bukan solusi yang cepat untuk memperbaiki kesehatan dan kebahagian. Dia mengatakan, kegiatan sederhana seperti meluangkan waktu untuk orang-orang dan selalu menyegarkan hubungan yang sudah terjalin lama. Tidak hanya itu, mulai berdamai dengan anggota keluarga yang sering berselisih juga dapat meningkatkan kesehatan seseorang.
Profesor Bidang Psikologi Klinis Harvard Medical School Robert Waldinger menyimpulkan hal tersebut setelah sebuah kajian tentang perkembangan manusia dewasa dilakukan selama 77 tahun. Dia sendiri merupakan kepala kajian keempat dalam penelitian ini.
Studi yang dimulai sejak 1938 itu melibatkan 724 orang yang dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok berisi 268 mahasiswa tingkat dua, yang banyak di antaranya ikut berperang dalam Perang Dunia II.
Kelompok kedua diisi 456 orang, yang kebanyakan adalah remaja usia 12-16 tahun dan berasal dari salah satu lingkungan di Boston, yang diketahui sebagai wilayah dengan keluarga kurang beruntung, pada tahun 1930an. Kala itu, banyak dari ratusan anak Boston tersebut yang hidup di rumah-rumah petak tanpa air bersih.
Studi dimulai dengan pengecekan medis para partisipan tersebut dan mewawancarai orangtua mereka. Hal itu dilakukan untuk mengetahui cara hidup mereka.
Kehidupan mereka disurvei dua tahun sekali. Periset melihat perilaku mereka di tempat kerja dan juga di rumah. Sedangkan untuk tes medis, mereka harus melakukan pengecekan lima tahun sekali.
Seperempat abad kemudian, atau 25 tahun setelah tes itu berjalan, 60 dari 724 orang di kelompok pertama, diketahui masih hidup dan tetap ikut dalam penelitian. Usia mereka kebanyakan sudah memasuki 90 tahun.
Dari temuan itu, Waldinger menilai, ada tiga hal penting tentang hidup dan kebahagiaan, yang kesemuanya itu menekankan pentingnya menjaga kualitas hubungan.
"Pesan penting dari studi yang dilakukan selama 75 tahun ini adalah, hubungan yang baik dapat membuat kita lebih bahagia dan sehat," kata Waldinger dalam sebuah konferensi, seperti ditulis oleh Independent.
Dari penelitian tersebut, ditemukan tiga hal penting tentang kebahagiaan orang dewasa.
Penelitian yang dilakukan selama 77 tahun itu menyebutkan bahwa kesepian bisa membunuh manusia. (Thinkstock/Justin Sullivan)
|
Profesor Waldinger mengatakan, dari penelitan yang dilakukan, ditemukan bahwa hubungan sosial dapat memberi efek positif untuk kesehatan. Dia juga memperingatkan, merasa kesepian dapat membunuh manusia.
Orang-orang yang mempunyai hubungan sosial, baik itu dengan anggota keluarga, teman ataupun komunitas adalah orang yang lebih bahagia, secara fisik lebih sehat, dan cenderung berumur panjang.
Sedangkan bagi mereka yang hidupnya lebih terisolasi dari orang lain, disebut akan lebih mengalami masalah kesehatan dan lebih cepat mengalami disfungsi otak.
Dalam studi tersebut juga disebutkan bahwa hubungan yang baik dengan pasangan, keluarga ataupun teman, bisa meningkatkan kebahagiaan. (Thinkstock/FotoimperiyA)
|
Sementara kesepian menjadi ancaman yang berbahaya, ternyata kata Waldinger, hidup dikelilingi orang pun tidak melulu menjadi hal yang menguntungkan.
"Kami tahu bahwa kamu bisa saja merasa kesepian di tengah keramaian, dan bahkan merasa kesepian dalam pernikahanmu," ujarnya.
Malah, menurut Waldinger, menjalani pernikahan dengan penuh konflik adalah lebih buruk untuk kesehatan, dibandingkan bercerai dengan pasangan. Sementara itu, hidup di tengah hubungan yang hangat membuat perasaan lebih aman.
Hubungan yang Kuat Berpengaruh Baik untuk Tubuh dan Pikiran
Profesor Waldinger mengatakan, orang-orang yang merasa dapat mengandalkan orang lain ketika mereka sedang mengalami masalah adalah orang yang mempunyai ingatan yang kuat.
Namun dia menegaskan, hubungan yang baik bukan selalu berarti sempurna. Waldinger menilai, meski banyak pasangan atau sebuah hubungan dipenuhi pertengkaran, mereka tahu bahwa mereka memiliki seseorang di saat mereka berselisih.
Waldinger berkesimpulan, menjaga hubungan yang baik adalah pekerjaan yang berat dan bukan solusi yang cepat untuk memperbaiki kesehatan dan kebahagian. Dia mengatakan, kegiatan sederhana seperti meluangkan waktu untuk orang-orang dan selalu menyegarkan hubungan yang sudah terjalin lama. Tidak hanya itu, mulai berdamai dengan anggota keluarga yang sering berselisih juga dapat meningkatkan kesehatan seseorang.
No comments:
Post a Comment