Jakarta, CNN Indonesia -- Petugas medis di Puerto Rico mengonfirmasi kasus positif Zika pada 30 pasien, per 28 Januari 2016. Adapun kasus Zika pertama diidentifikasi di Puerto Rico pada akhir Desember.
Laporan yang diumumkan badan kesehatan Puerto Rico menyebutkan bahwa virus yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti itu telah menyebar di kepulauan Karibia, yang dihuni sekitar 3,6 juta orang. Kendati tidak membahayakan bagi sebagian orang, virus Zika mengandung ancaman fatal bagi ibu hamil karena dikaitkan dengan bahaya mikrosefalus.
Meskipun begitu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut, hingga saat ini belum ada kasus mikrosefalus yang dilaporkan di Puerto Rico.
Tim peneliti mengungkapkan, kasus Zika pertama teridentifikasi di tenggara Puerto Rico pada 31 Desember 2015 silam. Peneliti telah memantau penyebaran virus yang terkadang timbul tanpa gejala itu, sejak November 2015. Adapun data terakhir dikumpulkan per 28 Januari 2016.
Survei yang dilakukan tim peneliti menemukan bahwa penyebaran virus paling banyak terjadi di bagian tenggara Puerto Rico, tepatnya di kawasan metropolitan San Juan. Kebanyakan mereka yang terpapar virus memiliki gejala ruam di kulit, nyeri otot, serta rasa pedih di mata. Empat dari 30 pasien positif Zika harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Salah satu pasien yang positif Zika adalah wanita dengan usia kehamilan 3 bulan. CDC menyebut trimester pertama kehamilan sangatlah rentan karena disaat itulah otak bayi sedang berkembang.
“Kemungkinan besar di usia kehamilan ini virus Zika menyerang,” ujar Dr Amesh Adalja, spesialis penyakit menular dari Medical Center's Center for Health Security University of Pittsburgh, seperti dilansir Live Science.
Sementara itu, di Puerto Rico, Zika juga dikaitkan dengan sindrom Guillain-Barre Syndrome. Gangguan autoimun dimana sistem imunitas berbalik menyerang tubuh dan menyebabkan kelumpuhan otot.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Zika dan tingkat keseriusan epidemi yang mungkin terjadi, Menteri Kesehatan Puerto Rico dan CDC meminta dokter melaporkan kasus terduga Zika, mikrosefalus dan sindrom Guillain-Barre.
Hingga saat ini, belum ditemukan obat ataupun vaksin untuk mencegah virus Zika. Namun masyarakat diimbau menghindari kontak dengan nyamuk menggunakan losion antinyamuk, busana tertutup, serta menutup pintu dan jendela menggunakan kawat nyamuk.
Selain itu, penelitian sebelumnya melaporkan bahwa jejak Zika ditemukan di sperma, urin dan ludah dari orang yang terinfeksi. Penelitian yang dipublikasikan di journal Emerging Infectious Diseases itu bertujuan meningkatkan kewaspadaan akan virus Zika yang bisa menular lewat kontak seksual.
Laporan yang diumumkan badan kesehatan Puerto Rico menyebutkan bahwa virus yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti itu telah menyebar di kepulauan Karibia, yang dihuni sekitar 3,6 juta orang. Kendati tidak membahayakan bagi sebagian orang, virus Zika mengandung ancaman fatal bagi ibu hamil karena dikaitkan dengan bahaya mikrosefalus.
Meskipun begitu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut, hingga saat ini belum ada kasus mikrosefalus yang dilaporkan di Puerto Rico.
Tim peneliti mengungkapkan, kasus Zika pertama teridentifikasi di tenggara Puerto Rico pada 31 Desember 2015 silam. Peneliti telah memantau penyebaran virus yang terkadang timbul tanpa gejala itu, sejak November 2015. Adapun data terakhir dikumpulkan per 28 Januari 2016.
Survei yang dilakukan tim peneliti menemukan bahwa penyebaran virus paling banyak terjadi di bagian tenggara Puerto Rico, tepatnya di kawasan metropolitan San Juan. Kebanyakan mereka yang terpapar virus memiliki gejala ruam di kulit, nyeri otot, serta rasa pedih di mata. Empat dari 30 pasien positif Zika harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Salah satu pasien yang positif Zika adalah wanita dengan usia kehamilan 3 bulan. CDC menyebut trimester pertama kehamilan sangatlah rentan karena disaat itulah otak bayi sedang berkembang.
“Kemungkinan besar di usia kehamilan ini virus Zika menyerang,” ujar Dr Amesh Adalja, spesialis penyakit menular dari Medical Center's Center for Health Security University of Pittsburgh, seperti dilansir Live Science.
Sementara itu, di Puerto Rico, Zika juga dikaitkan dengan sindrom Guillain-Barre Syndrome. Gangguan autoimun dimana sistem imunitas berbalik menyerang tubuh dan menyebabkan kelumpuhan otot.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Zika dan tingkat keseriusan epidemi yang mungkin terjadi, Menteri Kesehatan Puerto Rico dan CDC meminta dokter melaporkan kasus terduga Zika, mikrosefalus dan sindrom Guillain-Barre.
Hingga saat ini, belum ditemukan obat ataupun vaksin untuk mencegah virus Zika. Namun masyarakat diimbau menghindari kontak dengan nyamuk menggunakan losion antinyamuk, busana tertutup, serta menutup pintu dan jendela menggunakan kawat nyamuk.
Selain itu, penelitian sebelumnya melaporkan bahwa jejak Zika ditemukan di sperma, urin dan ludah dari orang yang terinfeksi. Penelitian yang dipublikasikan di journal Emerging Infectious Diseases itu bertujuan meningkatkan kewaspadaan akan virus Zika yang bisa menular lewat kontak seksual.
No comments:
Post a Comment