Jakarta, CNN Indonesia -- Autisme bukan penyakit kejiwaan, melainan gangguan pada otak yang termanifestasi pada perilaku. Bocah penderita autisme biasanya mengalami kesulitan belajar dan berkomunikasi.
Untuk itu, mereka menjalani terapi sesuai kebutuhan. Selain terapi wicara dan okupasi terapi, kini juga ada terapi lain yang unik: berenang bersama makhluk laut lucu lumba-lumba.
Menurut Ashrully Setia Yudanto, Marketing Communication Manager Taman Safari II Prigen, Jawa Timur, berenang bersama lumba-lumba dapat membantu mengurangi hambatan autisme.
"Ada efek relaksasi yang ditimbulkan ketika berenang dan berinteraksi dengan lumba-lumba," ujar Ashrully alias Rully kepada CNN Indonesia.com ketika ditemui si Jakarta, pada Sabtu (30/1).
Namun, para pengidap autisme tidak sekonyong-konyong berenang bersama lumba-lumba. Terlebih dulu, para pengidap autisme harus berkonsultasi dengan dokter dan fisioterapisnya masing-masing.
"Jadi, kan para pengidap autisme itu memiliki saraf-saraf di tubuh yang dapat menimbulkan efek relaksasi itu. Nah, yang bisa membaca saraf itu ya fisioterapis," tuturnya.
Kemudian, setelah mereka mengetahui titik-titik saraf yang rentan dengan autisme, pihak Taman Safari II Prigen, Jawa Timur, telah menyiapkan gelanggang renang bersama lumba-lumba.
"Nantinya, para pengidap autisme itu datang ke Taman Safari dan langsung berenang dengan lumba-lumba yang jinak di kolam kami," ia menjelaskan.
Harga yang dipatok untuk dapat berenang bersama lumba-lumba dihargai sejumlah Rp400 ribu per orang. Namun, wahana ini tidak hanya dapat dinikmati oleh pengidap autisme saja, melainkan pengunjung lain yang juga ingin merasakan sensasi berenang bersama lumba-lumba.
Walau demikian, sejauh ini masih jarang pengunjung yang datang untuk melakukan terapi autisme bersama lumba-lumba. Mungkin masih banyak orang yang tidak tahu bahwa lumba-lumba dapat membantu menyembuhkan penyakit autisme.
"Kebetulan di tempat kami masih sangat terbatas sarana dan prasarananya. Namun ada beberapa orang yang datang dan membawa keluarga mereka untuk terapi. Mereka rela melakukan perjalanan empat hari untuk datang ke wahana lumba-lumba kami."
Lumba-lumba yang ada di sana pun sudah jinak, walaupun mereka memakan daging ikan-ikan kecil, lumba-lumba itu sudah dilatih agar tidak menyerang manusia ketika sedang berenang bersama.
Untuk itu, mereka menjalani terapi sesuai kebutuhan. Selain terapi wicara dan okupasi terapi, kini juga ada terapi lain yang unik: berenang bersama makhluk laut lucu lumba-lumba.
Menurut Ashrully Setia Yudanto, Marketing Communication Manager Taman Safari II Prigen, Jawa Timur, berenang bersama lumba-lumba dapat membantu mengurangi hambatan autisme.
"Ada efek relaksasi yang ditimbulkan ketika berenang dan berinteraksi dengan lumba-lumba," ujar Ashrully alias Rully kepada CNN Indonesia.com ketika ditemui si Jakarta, pada Sabtu (30/1).
Namun, para pengidap autisme tidak sekonyong-konyong berenang bersama lumba-lumba. Terlebih dulu, para pengidap autisme harus berkonsultasi dengan dokter dan fisioterapisnya masing-masing.
"Jadi, kan para pengidap autisme itu memiliki saraf-saraf di tubuh yang dapat menimbulkan efek relaksasi itu. Nah, yang bisa membaca saraf itu ya fisioterapis," tuturnya.
Kemudian, setelah mereka mengetahui titik-titik saraf yang rentan dengan autisme, pihak Taman Safari II Prigen, Jawa Timur, telah menyiapkan gelanggang renang bersama lumba-lumba.
"Nantinya, para pengidap autisme itu datang ke Taman Safari dan langsung berenang dengan lumba-lumba yang jinak di kolam kami," ia menjelaskan.
Harga yang dipatok untuk dapat berenang bersama lumba-lumba dihargai sejumlah Rp400 ribu per orang. Namun, wahana ini tidak hanya dapat dinikmati oleh pengidap autisme saja, melainkan pengunjung lain yang juga ingin merasakan sensasi berenang bersama lumba-lumba.
Walau demikian, sejauh ini masih jarang pengunjung yang datang untuk melakukan terapi autisme bersama lumba-lumba. Mungkin masih banyak orang yang tidak tahu bahwa lumba-lumba dapat membantu menyembuhkan penyakit autisme.
"Kebetulan di tempat kami masih sangat terbatas sarana dan prasarananya. Namun ada beberapa orang yang datang dan membawa keluarga mereka untuk terapi. Mereka rela melakukan perjalanan empat hari untuk datang ke wahana lumba-lumba kami."
Lumba-lumba yang ada di sana pun sudah jinak, walaupun mereka memakan daging ikan-ikan kecil, lumba-lumba itu sudah dilatih agar tidak menyerang manusia ketika sedang berenang bersama.
No comments:
Post a Comment