Jakarta, CNN Indonesia -- Menyusul status darurat yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap mewabahnya virus zika di puluhan negara, berbagai tindakan penanganan pun terus dilakukan. Termasuk penelitian terkait hubungan virus zika dengan kelainan mikrosefalus pada bayi.
Seperti diketahui virus zika yang ditemukan di Brasil pada Mei lalu telah menyebar ke 23 negara di Amerika Latin, termasuk dua negara baru, yaitu Costa Rica dan Jamaika yang baru ditetapkan kemarin.
Kekhawatiran utama dari merebaknya virus ini adalah kemungkinan adanya hubungan dengan mikrosefalus, kelainan saraf yang menyebabkan bayi baru lahir memiliki kepala lebih kecil. Kelainan ini bisa membahayakan otak.
Di Brasil, kasus mikrosefalus dilaporkan melonjak tajam meski para ilmuwan belum menemukan hubungan zika dengan kondisi tersebut.
Melansir laman New York Times, Direktur Jenderal WHO Margaret Chan mengungkapkan bahwa hubungan antara zika dan mikrosefalus masih samar-samar. Namun faktanya, hal tersebut sudah menjadi beban berat bagi ibu hamil dan keluarganya di seluruh kawasan Amerika.
Ia juga mengatakan, penetapan keadaan darurat ini bisa mendorong lembaga kesehatan untuk berkoordinasi dan melakukan segala usaha demi mengatasi masalah ini. Sejauh ini, para pejabat mengatakan penelitian tentang efek virus zika pada perempuan hamil sedang berlangsung di tiga negara, yaitu Brasil, Kolombia, dan El Savador.
"Buktinya terus tumbuh dan semakin kuat. Saya setuju, meskipun ternyata mikrosefalus tidak memiliki hubungan dengan zika, tapi cukup untuk menyebut ini keadaan darurat. Kita membutuhkan respons koordinasi internasional," ujar Chan.
Tidak terlalu berbahaya
Terlepas dengan dugaan membawa kelainan saraf mikrosefalus, sebenarnya virus zika tidak terlalu berbahaya. Bahkan virus dengue penyebab demam berdarah masih jauh lebih berbahaya.
Gejalanya pun ringan, seperti demam, bintik merah pada kulit, sakit kepala, nyeri sendi, tidak berenergi, lemah, dan mata yang memerah.
Gejala tersebut biasanya terlihat setelah 3-12 hari setelah seseorang digigit nyamuk yang membawa virus tersebut. Sementara gejalanya akan bertahan selama 2-7 hari. Virus zika juga tidak akan mengakibatkan komplikasi yang fatal pada orang dewasa dan anak-anak.
Oleh sebab itu, lembaga kesehatan dunia sedang mencoba untuk memberikan pernyataan yang seimbang, untuk memberikan kewaspadaan pada masyarakat tanpa menakut-nakutinya. Negara yang terlalu bertindak berlebihan dengan melakukan pembatasan perjalanan, perdagangan, atau wisata akan diberikan sanksi karena dianggap mencederai ekonomi sebuah negara.
Seperti diketahui virus zika yang ditemukan di Brasil pada Mei lalu telah menyebar ke 23 negara di Amerika Latin, termasuk dua negara baru, yaitu Costa Rica dan Jamaika yang baru ditetapkan kemarin.
Kekhawatiran utama dari merebaknya virus ini adalah kemungkinan adanya hubungan dengan mikrosefalus, kelainan saraf yang menyebabkan bayi baru lahir memiliki kepala lebih kecil. Kelainan ini bisa membahayakan otak.
Di Brasil, kasus mikrosefalus dilaporkan melonjak tajam meski para ilmuwan belum menemukan hubungan zika dengan kondisi tersebut.
Melansir laman New York Times, Direktur Jenderal WHO Margaret Chan mengungkapkan bahwa hubungan antara zika dan mikrosefalus masih samar-samar. Namun faktanya, hal tersebut sudah menjadi beban berat bagi ibu hamil dan keluarganya di seluruh kawasan Amerika.
Ia juga mengatakan, penetapan keadaan darurat ini bisa mendorong lembaga kesehatan untuk berkoordinasi dan melakukan segala usaha demi mengatasi masalah ini. Sejauh ini, para pejabat mengatakan penelitian tentang efek virus zika pada perempuan hamil sedang berlangsung di tiga negara, yaitu Brasil, Kolombia, dan El Savador.
"Buktinya terus tumbuh dan semakin kuat. Saya setuju, meskipun ternyata mikrosefalus tidak memiliki hubungan dengan zika, tapi cukup untuk menyebut ini keadaan darurat. Kita membutuhkan respons koordinasi internasional," ujar Chan.
Tidak terlalu berbahaya
Terlepas dengan dugaan membawa kelainan saraf mikrosefalus, sebenarnya virus zika tidak terlalu berbahaya. Bahkan virus dengue penyebab demam berdarah masih jauh lebih berbahaya.
Gejalanya pun ringan, seperti demam, bintik merah pada kulit, sakit kepala, nyeri sendi, tidak berenergi, lemah, dan mata yang memerah.
Gejala tersebut biasanya terlihat setelah 3-12 hari setelah seseorang digigit nyamuk yang membawa virus tersebut. Sementara gejalanya akan bertahan selama 2-7 hari. Virus zika juga tidak akan mengakibatkan komplikasi yang fatal pada orang dewasa dan anak-anak.
Oleh sebab itu, lembaga kesehatan dunia sedang mencoba untuk memberikan pernyataan yang seimbang, untuk memberikan kewaspadaan pada masyarakat tanpa menakut-nakutinya. Negara yang terlalu bertindak berlebihan dengan melakukan pembatasan perjalanan, perdagangan, atau wisata akan diberikan sanksi karena dianggap mencederai ekonomi sebuah negara.
No comments:
Post a Comment