Jakarta, CNN Indonesia -- Memasak dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan cara, mulai dari merebus, menggoreng dengan kompor hingga memanggang dengan microwave ataupun oven. Namun apa jadinya bila memasak dengan mesin cuci piring?
Terdengar aneh, namun percaya atau tidak bahwa sejak 2013 seorang wanita Italia bernama Lisa Casali memperkenalkan metode baru dalam memasak ini.
Dalam sebuah buku berbahasa Italia, Cucinare in Lavastoviglie atau berarti memasak di mesin cuci piring, Casali menciptakan satu pendekatan baru dalam menggunakan mesin bagi orang yang malas mencuci piring itu.
"Ini sebuah teknik mudah yang dapat dilakukan oleh semua orang dan Anda dapat banyak manfaat dari alat ini," kata Casali dalam sebuah video tutorial yang ia unggah.
"Semua yang Anda butuhkan adalah sebuah mesin cuci piring dan keinginan untuk bereksperimen,"
Sejak merilis buku ini pada 2013, Casali juga mengunggah petunjuk penggunaan mesin cuci piring untuk memasak dalam berbagai resep yang ada. Video yang berbahasa Italia itu mengundang berbagai orang ikut mencoba.
Mesin cuci piring pertama kali muncul sekitar 1850 di Amerika Serikat berkat penemuan Joel Houghton. Kala itu, mesin pencuci piring masih terbuat dari kayu dan digerakkan dengan tangan.
Mesin cuci piring modern seperti saat ini menjadi alat yang lumrah ada di rumah tangga di Amerika Utara sejak 1970an.
Mesin cuci piring memiliki kemampuan untuk membersihkan lemak ataupun kotoran sisa makanan dengan cara menyemprotkan air panas bersuhu 55 hingga 75 derajat Celsius langsung pada piring atau perabot makanan lain.
Penyemprotan air panas pertama dilakukan untuk menghilangkan lemak, kemudian air dikuras dan masuk tahap pencucian dengan air sabun. Setelah dicuci dengan sabun dan dibilas lalu dikuras kembali. Tahap terakhir adalah pengeringan dengan beberapa metode, seperti uap panas.
Bila biasanya piring kotor yang masuk ke dalam rak mesin pencuci piring, pada metode memasak ini kemasan yang berisi bahan makanan yang akan diolah ikut masuk ke dalam mesin. Model memasaknya hampir sama seperti memasukkan ke dalam oven, microwave, atau dikukus.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah kemasan bahan haruslah rapat. Dengan kemasan yang rapat, air tidak masuk ke dalam makanan. Suhu yang dapat mencapai 75 derajat Celsius dianggap cukup ideal untuk memasak makanan.
Casali mengaku bahwa dengan metode memasak seperti ini lebih efisien dan ramah lingkungan karena dapat memasak sekaligus mencuci piring, sehingga menghemat energi yang dikeluarkan.
Ahli masak bernama Xanthe Clay menyatakan bahwa bahan makanan yang cocok dimasak dengan mesin cuci piring adalah ikan, seperti Salmon. Salmon cocok karena membutuhkan suhu yang lebih rendah untuk dimasak dibandingkan dengan daging merah.
Meski tren memasak dengan mesin cuci piring mulai banyak diikuti berbagai orang, tapi beberapa pihak juga meragukan teknik ini menghasilkan makanan yang enak dan lezat.
(end/yns)
Terdengar aneh, namun percaya atau tidak bahwa sejak 2013 seorang wanita Italia bernama Lisa Casali memperkenalkan metode baru dalam memasak ini.
Dalam sebuah buku berbahasa Italia, Cucinare in Lavastoviglie atau berarti memasak di mesin cuci piring, Casali menciptakan satu pendekatan baru dalam menggunakan mesin bagi orang yang malas mencuci piring itu.
"Ini sebuah teknik mudah yang dapat dilakukan oleh semua orang dan Anda dapat banyak manfaat dari alat ini," kata Casali dalam sebuah video tutorial yang ia unggah.
"Semua yang Anda butuhkan adalah sebuah mesin cuci piring dan keinginan untuk bereksperimen,"
Sejak merilis buku ini pada 2013, Casali juga mengunggah petunjuk penggunaan mesin cuci piring untuk memasak dalam berbagai resep yang ada. Video yang berbahasa Italia itu mengundang berbagai orang ikut mencoba.
Mesin cuci piring pertama kali muncul sekitar 1850 di Amerika Serikat berkat penemuan Joel Houghton. Kala itu, mesin pencuci piring masih terbuat dari kayu dan digerakkan dengan tangan.
Mesin cuci piring modern seperti saat ini menjadi alat yang lumrah ada di rumah tangga di Amerika Utara sejak 1970an.
Mesin cuci piring memiliki kemampuan untuk membersihkan lemak ataupun kotoran sisa makanan dengan cara menyemprotkan air panas bersuhu 55 hingga 75 derajat Celsius langsung pada piring atau perabot makanan lain.
Penyemprotan air panas pertama dilakukan untuk menghilangkan lemak, kemudian air dikuras dan masuk tahap pencucian dengan air sabun. Setelah dicuci dengan sabun dan dibilas lalu dikuras kembali. Tahap terakhir adalah pengeringan dengan beberapa metode, seperti uap panas.
Bila biasanya piring kotor yang masuk ke dalam rak mesin pencuci piring, pada metode memasak ini kemasan yang berisi bahan makanan yang akan diolah ikut masuk ke dalam mesin. Model memasaknya hampir sama seperti memasukkan ke dalam oven, microwave, atau dikukus.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah kemasan bahan haruslah rapat. Dengan kemasan yang rapat, air tidak masuk ke dalam makanan. Suhu yang dapat mencapai 75 derajat Celsius dianggap cukup ideal untuk memasak makanan.
Casali mengaku bahwa dengan metode memasak seperti ini lebih efisien dan ramah lingkungan karena dapat memasak sekaligus mencuci piring, sehingga menghemat energi yang dikeluarkan.
Ahli masak bernama Xanthe Clay menyatakan bahwa bahan makanan yang cocok dimasak dengan mesin cuci piring adalah ikan, seperti Salmon. Salmon cocok karena membutuhkan suhu yang lebih rendah untuk dimasak dibandingkan dengan daging merah.
Meski tren memasak dengan mesin cuci piring mulai banyak diikuti berbagai orang, tapi beberapa pihak juga meragukan teknik ini menghasilkan makanan yang enak dan lezat.
(end/yns)
No comments:
Post a Comment