Jakarta, CNN Indonesia -- Berkonsultasi dengan peramal ataupun rutin membaca ramalan lewat zodiak atau shio memang bisa menumbuhkan harapan. Namun banyak juga yang tertulah sisi negatifnya.
Ambil contoh kasus Samantha Brick. Wanita asal Inggris tersebut tidak bisa hidup tanpa bantuan ‘magis’. Saking percayanya pada ramalan, Samantha tidak akan keluar rumah sebelum membaca peruntungan harian zodiaknya.
Tidak hanya itu, selama dua puluh tahun hidupnya, Samantha selalu didampingi ‘konsultan’ hidup, yakni para peramal. Dia mengikuti segala nasihat yang dianjurkan, dari minum susu dengan tambahan bubuk peri hingga tidur dengan syal kuning di bawah bantal. Semua itu demi mendapatkan anak yang sangat dia inginkan.
“Bisa dibilang saya putus asa. Saya sudah mengunjungi berbagai dokter ahli kesuburan dan semua tanpa hasil. Saya akhirnya meminta bantuan para peramal dan mereka memberi saya harapan,” kata Samantha, dalam wawancaranya dengan Daily Mail.
Tapi, harapan tersebut disertai dengan harga mahal. Kebanyakan para peramal yang dikunjungi Samantha hanya memberi harapan palsu, dengan banderol konsultasi berharga ribuan dolar.
“Disatu sisi, bisa dikatakan saya adalah korban penipuan. Tapi di sisi lain, ini kesalahan sendiri karena saya percaya mereka bisa mengabulkan impian saya,” tutur Samantha.
Total, Samantha menghabiskan dana sebesar 25 ribu poundsterling atau setara Rp505 juta untuk ‘mempertahankan’ harapannya.
Bukan hanya uang, candu Samantha terhadap ramalan juga membuatnya dijauhi teman dan keluarga. Dia lebih mempercayai kata-kata sang peramal ketimbang nasihat dan perhatian orang-orang terdekatnya.
“Saya bisa tidak keluar rumah, jika peramal mengatakan ada energi negatif yang mengelilingi saya,” kata Samantha.
Samantha, tentu saja bukan satu-satunya korban penipuan berkedok ramalan. Mereka yang mengklaim bisa membaca masa depan, belum tentu punya kemampuan itu. Oleh karena itu, sebelum berkonsultasi pada seseorang untuk problem yang terbilang pelik, sebaiknya melakukan riset mendalam. Selain itu, membaca ramalan atau prediksi peruntungan lewat shio dan zodiak, hendaknya hanya dengan tujuan bersenang-senang, bukan untuk menjadi pegangan hidup.
Hal tersebut dikatakan praktisi ilmu aura dan pembaca energi Suhu Naga. Dia menyarankan agar menganggap ramalan itu sebagai rambu saja. Bukan sebagai kepercayaan. Sebab, ketika menganggap ramalan menjadi sebuah kepercayaan, seseorang akan tersesat.
"Ramalan itu rambu. Tetap logika dipakai dan manajemen diri. Kayakinan dan iman hanya kepada Tuhan. Tapi sayangnya orang sekarang kan tidak seperti itu," ujarnya.
Mengutip hasil penelitian Goodman yang dipublikasikan dalam jurnal Neurobiology of Addiction, perilaku yang menganggap ramalan sebagai kepercayaan adalah bentuk lain dari kecanduan. Seperti juga ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang, candu ramalan memberikan perasaan senang dan tenang yang serupa, pada mereka yang mempercayainya.
“Perubahan gaya hidup dan hubungan sosial menciptakan perilaku baru pada masyarakat, yang pada praktiknya bisa menjadi eksesif atau bahkan merujuk pada bentuk baru ketergantungan,” kata Goodman.
Ketergantungan pada ramalan itu merupakan hasil dari efek Barnum, dimana seseorang mencari validasi subjektif dari prediksi yang bisa jadi ditujukan untuk komunitas atau kelompok.
Goodman menjelaskan efek Barnum seperti seseorang yang membaca ramalan harian zodiak tertentu, dan merasa ramalan itu dikhususkan untuk dia. “Dengan demikian dia akan merasa was-was jika ramalan tersebut buruk dan sebaliknya, bahagia jika ramalan itu bagus,” terangnya.
Imbas negatifnya muncul bila efek Barnum itu berubah menjadi candu. Seseorang itu akan menjadi sangat tergantung pada ramalan dan mendasarkan semua keputusan yang dia ambil dalam hidup, berdasarkan ramalan.
“Di satu sisi, ramalan memang bisa memberi bantuan psikologis dengan memberikan harapan dari peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi dalam hidup. Namun jika harapan itu tidak kunjung nyata, candu ramalan bisa berubah jadi gangguan psikologis, seperti depresi bahkan gangguan jiwa,” jelas Goodman.
Dalam penelitiannya, Goodman menyebutkan, gangguan psikologis lain yang bisa timbul dari candu ramalan adalah kecemasan, rasa rendah diri, tidak bisa mengambil keputusan, gangguan obsesif-kompulsif, kehilangan logika dan gangguan emosi.
Ambil contoh kasus Samantha Brick. Wanita asal Inggris tersebut tidak bisa hidup tanpa bantuan ‘magis’. Saking percayanya pada ramalan, Samantha tidak akan keluar rumah sebelum membaca peruntungan harian zodiaknya.
Tidak hanya itu, selama dua puluh tahun hidupnya, Samantha selalu didampingi ‘konsultan’ hidup, yakni para peramal. Dia mengikuti segala nasihat yang dianjurkan, dari minum susu dengan tambahan bubuk peri hingga tidur dengan syal kuning di bawah bantal. Semua itu demi mendapatkan anak yang sangat dia inginkan.
“Bisa dibilang saya putus asa. Saya sudah mengunjungi berbagai dokter ahli kesuburan dan semua tanpa hasil. Saya akhirnya meminta bantuan para peramal dan mereka memberi saya harapan,” kata Samantha, dalam wawancaranya dengan Daily Mail.
Tapi, harapan tersebut disertai dengan harga mahal. Kebanyakan para peramal yang dikunjungi Samantha hanya memberi harapan palsu, dengan banderol konsultasi berharga ribuan dolar.
“Disatu sisi, bisa dikatakan saya adalah korban penipuan. Tapi di sisi lain, ini kesalahan sendiri karena saya percaya mereka bisa mengabulkan impian saya,” tutur Samantha.
Total, Samantha menghabiskan dana sebesar 25 ribu poundsterling atau setara Rp505 juta untuk ‘mempertahankan’ harapannya.
Bukan hanya uang, candu Samantha terhadap ramalan juga membuatnya dijauhi teman dan keluarga. Dia lebih mempercayai kata-kata sang peramal ketimbang nasihat dan perhatian orang-orang terdekatnya.
“Saya bisa tidak keluar rumah, jika peramal mengatakan ada energi negatif yang mengelilingi saya,” kata Samantha.
Samantha, tentu saja bukan satu-satunya korban penipuan berkedok ramalan. Mereka yang mengklaim bisa membaca masa depan, belum tentu punya kemampuan itu. Oleh karena itu, sebelum berkonsultasi pada seseorang untuk problem yang terbilang pelik, sebaiknya melakukan riset mendalam. Selain itu, membaca ramalan atau prediksi peruntungan lewat shio dan zodiak, hendaknya hanya dengan tujuan bersenang-senang, bukan untuk menjadi pegangan hidup.
Hal tersebut dikatakan praktisi ilmu aura dan pembaca energi Suhu Naga. Dia menyarankan agar menganggap ramalan itu sebagai rambu saja. Bukan sebagai kepercayaan. Sebab, ketika menganggap ramalan menjadi sebuah kepercayaan, seseorang akan tersesat.
"Ramalan itu rambu. Tetap logika dipakai dan manajemen diri. Kayakinan dan iman hanya kepada Tuhan. Tapi sayangnya orang sekarang kan tidak seperti itu," ujarnya.
Mengutip hasil penelitian Goodman yang dipublikasikan dalam jurnal Neurobiology of Addiction, perilaku yang menganggap ramalan sebagai kepercayaan adalah bentuk lain dari kecanduan. Seperti juga ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang, candu ramalan memberikan perasaan senang dan tenang yang serupa, pada mereka yang mempercayainya.
“Perubahan gaya hidup dan hubungan sosial menciptakan perilaku baru pada masyarakat, yang pada praktiknya bisa menjadi eksesif atau bahkan merujuk pada bentuk baru ketergantungan,” kata Goodman.
Ketergantungan pada ramalan itu merupakan hasil dari efek Barnum, dimana seseorang mencari validasi subjektif dari prediksi yang bisa jadi ditujukan untuk komunitas atau kelompok.
Goodman menjelaskan efek Barnum seperti seseorang yang membaca ramalan harian zodiak tertentu, dan merasa ramalan itu dikhususkan untuk dia. “Dengan demikian dia akan merasa was-was jika ramalan tersebut buruk dan sebaliknya, bahagia jika ramalan itu bagus,” terangnya.
Imbas negatifnya muncul bila efek Barnum itu berubah menjadi candu. Seseorang itu akan menjadi sangat tergantung pada ramalan dan mendasarkan semua keputusan yang dia ambil dalam hidup, berdasarkan ramalan.
“Di satu sisi, ramalan memang bisa memberi bantuan psikologis dengan memberikan harapan dari peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi dalam hidup. Namun jika harapan itu tidak kunjung nyata, candu ramalan bisa berubah jadi gangguan psikologis, seperti depresi bahkan gangguan jiwa,” jelas Goodman.
Dalam penelitiannya, Goodman menyebutkan, gangguan psikologis lain yang bisa timbul dari candu ramalan adalah kecemasan, rasa rendah diri, tidak bisa mengambil keputusan, gangguan obsesif-kompulsif, kehilangan logika dan gangguan emosi.
No comments:
Post a Comment