Jakarta, CNN Indonesia -- Perempuan kerap disarankan untuk menghindari gerakan yoga tertentu di akhir masa kehamilan mereka. Namun, berdasarkan sebuah studi di Amerika Serikat, gerakan-gerakan yoga tersebut sebetulnya tidak berbahaya untuk janin dalam kandungan ibu.
Yoga memiliki banyak manfaat selama kehamilan, termasuk menjaga kelenturan, kekuatan otot, dan mempelajari teknik pernapasan yang berguna saat persalinan.
Namun, di akhir masa kehamilan, perempuan kerap diperingatkan untuk tidak melakukan pose berbaring di punggung, seperti 'happy baby pose' atau 'corpse pose', atau gerakan kebalikannya seperti 'downward facing dog'. Gerakan-gerakan tersebut dapat mengurangi sirkulasi kepada janin dan membuat detak jantung bayi melonjak.
Untuk melihat kebenaran peringatan tersebut, para peneliti memantau denyut jantung bayi saat 25 perempuan di akhir masa kehamilan mereka melakukan 26 pose yoga yang umum.
Hasilnya, denyut jantung janin tetap normal di setiap gerakan yoga. Selain itu, tak satu pun dari perempuan tersebut melaporkan berkurangnya gerakan pada janin, kontraksi, kebocoran cairan ketuban, atau perdarahan vagina dalam waktu 24 jam setelah sesi yoga, para peneliti melaporkan dalam jurnal Obstetrics and Gynecology.
“Meskipun studi ini masih bersifat awal, saya tidak melihat ada perubahan yang buruk pada kesehatan ibu atau keselamatan bayi pada studi terhadap 26 gerakan (yoga),” kata penulis utama penelitian Rachael Polis yang melakukan studi di Jersey Shore University Medical Center.
“Sikap tubuh yang diduga kontraindikasi, seperti gerakan downward facing dog, child's pose, happy baby, dan corpse, semua gerakan tersebut dapat ditoleransi dengan baik,” kata Polis seperti dilaporkan oleh Reuters.
Para peserta memasuki masa akhir kehamilan semester ketiga, sektiar 35 sampai 37 minggu kehamilan. Sepuluh dari 25 peserta melakukan yoga secara teratur, delapan peserta familiar dengan yoga, dan tujuh peserta lainnya tidak pernah melakukan gerakan tersebut sebelumnya.
Namun, ada kemungkinan para peserta menemui gerakan-gerakan yang diteliti oleh studi ini, sehingga dapat menyebabkan masalah saat kehamilan, kata Kathryn Curtis, peneliti di York University di Toronto, yang tidak terlibat dalam penelitian.
“Saya menyarankan perempuan hamil mencari studio yang menawarkan kelas yoga kehamilan yang diajarkan oleh guru-guru yang mempelajari yoga kehamilan,” kata Curtis.
“Para perempuan harus memelajari gerakan dasar hatha, yang menitikberatkan pada pernapasan, daripada latihan yang fokus pada pemanasan dan kekuatan, demi keselamatan ibu dan bayi,” ujar Curtis.
Yoga memiliki banyak manfaat selama kehamilan, termasuk menjaga kelenturan, kekuatan otot, dan mempelajari teknik pernapasan yang berguna saat persalinan.
Namun, di akhir masa kehamilan, perempuan kerap diperingatkan untuk tidak melakukan pose berbaring di punggung, seperti 'happy baby pose' atau 'corpse pose', atau gerakan kebalikannya seperti 'downward facing dog'. Gerakan-gerakan tersebut dapat mengurangi sirkulasi kepada janin dan membuat detak jantung bayi melonjak.
Untuk melihat kebenaran peringatan tersebut, para peneliti memantau denyut jantung bayi saat 25 perempuan di akhir masa kehamilan mereka melakukan 26 pose yoga yang umum.
Hasilnya, denyut jantung janin tetap normal di setiap gerakan yoga. Selain itu, tak satu pun dari perempuan tersebut melaporkan berkurangnya gerakan pada janin, kontraksi, kebocoran cairan ketuban, atau perdarahan vagina dalam waktu 24 jam setelah sesi yoga, para peneliti melaporkan dalam jurnal Obstetrics and Gynecology.
“Meskipun studi ini masih bersifat awal, saya tidak melihat ada perubahan yang buruk pada kesehatan ibu atau keselamatan bayi pada studi terhadap 26 gerakan (yoga),” kata penulis utama penelitian Rachael Polis yang melakukan studi di Jersey Shore University Medical Center.
“Sikap tubuh yang diduga kontraindikasi, seperti gerakan downward facing dog, child's pose, happy baby, dan corpse, semua gerakan tersebut dapat ditoleransi dengan baik,” kata Polis seperti dilaporkan oleh Reuters.
Para peserta memasuki masa akhir kehamilan semester ketiga, sektiar 35 sampai 37 minggu kehamilan. Sepuluh dari 25 peserta melakukan yoga secara teratur, delapan peserta familiar dengan yoga, dan tujuh peserta lainnya tidak pernah melakukan gerakan tersebut sebelumnya.
Namun, ada kemungkinan para peserta menemui gerakan-gerakan yang diteliti oleh studi ini, sehingga dapat menyebabkan masalah saat kehamilan, kata Kathryn Curtis, peneliti di York University di Toronto, yang tidak terlibat dalam penelitian.
“Saya menyarankan perempuan hamil mencari studio yang menawarkan kelas yoga kehamilan yang diajarkan oleh guru-guru yang mempelajari yoga kehamilan,” kata Curtis.
“Para perempuan harus memelajari gerakan dasar hatha, yang menitikberatkan pada pernapasan, daripada latihan yang fokus pada pemanasan dan kekuatan, demi keselamatan ibu dan bayi,” ujar Curtis.
No comments:
Post a Comment