Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus kopi maut terus bergulir. Penyidik Polda Metro Jaya menduga korban kopi maut Wayan Mirna Salihin atau Mirna meninggal karena zat korosif yang menyebabkan kerusakan lambung.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak mengungkapkan dugaan kerusakan lambung Mirna akibat zat korosif jenis sianida berdasarkan ciri reaksi korban seperti kejang, mulut mengeluarkan buih. Hanya saja, kebenaran dugaan ini masih akan dipastikan kembali.
Jika benar adanya kandungan sianida dalam kopi yang disajikan, maka Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), Mantan Direktur Jenderal Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengungkapkan bahwa sianida memang bisa menyebabkan kematian pakai keracunan kronik. "Pada tahun 2004, WHO memublikasikan bahwa sianida adalah jenis zat beracun yang sangat mematikan," kata dia dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com.
"Efek dari keracunan sianida ini sangat cepat dan bisa mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit."
Yoga mengungkapkan bahwa keracunan sianida akan menimbulkan berbagai gejala. Tanda awal dari keracunan sianida ini adalah peningkatan frekuensi pernapasan, sakit kepala, sesak napas, perubahan perilaku menjadi lebih cemas, agitasi, gelisah dan berkeringat banyak. Selain itu warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga bisa jadi gejala awalnya.
Ketika tak langsung ditangani, korban keracunan sianida akan menyebabkan adanya penekanan terhadap susunan saraf pusat dalam bentuk tremor, aritmia, kejang-kejang, koma, dan penekanan pada pusat pernapasan. Pada akhirnya, keracunan ini akan menyebabkan gagal napas dan henti jantung.
Bagaimana sianida meracuni tubuh?
Mantan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kementerian kesehatan ini mengungkapkan bahwa sianida sendiri punya beberapa formulasi. pertama adalah hidrogen sianida dan kedua adalah sodium sianida dan potassium sianida.
"Hidrogen sianida adalah cairan tak berwarna. Tapi di suhu kamar, cairan ini berwarna biru pucat. Hidrogen sianida ini sangat bercampur dengan air sehingga sering digunakan," ucapnya.
"Sedanglan sodium sianida dan potassium sianida berbentuk serbuk berwarna putih."
Hidrogen sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Dalam dosis besar, akibat keracunan ini bisa sangat fatal.
"Setelah terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika yang masuk masih dalam jumlah kecil, maka sianida akan diubah jadi tiosianat yang lebih aman dan bisa dieksresikan tubuh," kata Yoga.
Hanya saja, yang jadi berbahaya adalah saat sianida yang masuk dalam tubuh ada dalam jumlah besar dan masuk ke dalam sistem pencernaan. Jika masuk ke dalam sistem pencernaan, maka racun ini akan berkumpul di hati. Keracunan sianida akan berakibat buruk pada sistem kardiovaskuler. Jika keracunannya kronik, maka sistem endokrin akan terganggu.
"Yang mengakibatkan kematian adalah karena sianida mengikat bagian aktif dariu enzim sitokrom oksidase sehingga mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik dan gangguan respirasi seluler," katanya.
"Akibatnya, dalam beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal."
Sumber sianida
Yoga juga mengatakan bahwa sebenarnya sianida sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Sianida pun juga sebenarnya terdapat di alam, dan produk yang disantap atau digunakan. Hanya saja, sianida ini ada dalam jumlah kecil yang masih bisa diterima tubuh.
Salah satu contoh sumber sianida yang biasa ditemui sehari-hari adalah pada asap rokok, asap kendaraan bermotor, bahan industri pertambangan dan lainnya. Sianida juga bisa diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak mengungkapkan dugaan kerusakan lambung Mirna akibat zat korosif jenis sianida berdasarkan ciri reaksi korban seperti kejang, mulut mengeluarkan buih. Hanya saja, kebenaran dugaan ini masih akan dipastikan kembali.
Jika benar adanya kandungan sianida dalam kopi yang disajikan, maka Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), Mantan Direktur Jenderal Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengungkapkan bahwa sianida memang bisa menyebabkan kematian pakai keracunan kronik. "Pada tahun 2004, WHO memublikasikan bahwa sianida adalah jenis zat beracun yang sangat mematikan," kata dia dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com.
"Efek dari keracunan sianida ini sangat cepat dan bisa mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit."
Yoga mengungkapkan bahwa keracunan sianida akan menimbulkan berbagai gejala. Tanda awal dari keracunan sianida ini adalah peningkatan frekuensi pernapasan, sakit kepala, sesak napas, perubahan perilaku menjadi lebih cemas, agitasi, gelisah dan berkeringat banyak. Selain itu warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga bisa jadi gejala awalnya.
Ketika tak langsung ditangani, korban keracunan sianida akan menyebabkan adanya penekanan terhadap susunan saraf pusat dalam bentuk tremor, aritmia, kejang-kejang, koma, dan penekanan pada pusat pernapasan. Pada akhirnya, keracunan ini akan menyebabkan gagal napas dan henti jantung.
Bagaimana sianida meracuni tubuh?
Mantan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kementerian kesehatan ini mengungkapkan bahwa sianida sendiri punya beberapa formulasi. pertama adalah hidrogen sianida dan kedua adalah sodium sianida dan potassium sianida.
"Hidrogen sianida adalah cairan tak berwarna. Tapi di suhu kamar, cairan ini berwarna biru pucat. Hidrogen sianida ini sangat bercampur dengan air sehingga sering digunakan," ucapnya.
"Sedanglan sodium sianida dan potassium sianida berbentuk serbuk berwarna putih."
Hidrogen sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Dalam dosis besar, akibat keracunan ini bisa sangat fatal.
"Setelah terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika yang masuk masih dalam jumlah kecil, maka sianida akan diubah jadi tiosianat yang lebih aman dan bisa dieksresikan tubuh," kata Yoga.
Hanya saja, yang jadi berbahaya adalah saat sianida yang masuk dalam tubuh ada dalam jumlah besar dan masuk ke dalam sistem pencernaan. Jika masuk ke dalam sistem pencernaan, maka racun ini akan berkumpul di hati. Keracunan sianida akan berakibat buruk pada sistem kardiovaskuler. Jika keracunannya kronik, maka sistem endokrin akan terganggu.
"Yang mengakibatkan kematian adalah karena sianida mengikat bagian aktif dariu enzim sitokrom oksidase sehingga mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik dan gangguan respirasi seluler," katanya.
"Akibatnya, dalam beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal."
Sumber sianida
Yoga juga mengatakan bahwa sebenarnya sianida sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Sianida pun juga sebenarnya terdapat di alam, dan produk yang disantap atau digunakan. Hanya saja, sianida ini ada dalam jumlah kecil yang masih bisa diterima tubuh.
Salah satu contoh sumber sianida yang biasa ditemui sehari-hari adalah pada asap rokok, asap kendaraan bermotor, bahan industri pertambangan dan lainnya. Sianida juga bisa diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang.
No comments:
Post a Comment