"Hubungan antara negara besar menentukan situasi dunia. Seperti pada Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan perang dingin, hubungan tidak mesra, karena ada konflik dan berakhir dengan peperangan di antara negara-negara besar," kata Presiden SBY dalam jumpa pers di Hotel Willard Intercontinental, Washington, DC, sesaat sebelum bertolak ke Jepang, Sabtu (27/9/2014).
Setelah Perang Dingin usai dan berakhir dengan runtuhnya Tembok Berlin, situasi dunia semakin membaik, Indonesia juga lebih aman dan stabil pada tahun 1990-an. Namun sekarang kondisi agak mengkhawatirkan kembali dengan terlihat tidak mulusnya hubungan Rusia dengan Eropa, kurang mesranya AS dengan Tiongkok, dan hubungan beberapa negara besar lain.
"Kalau kita bicara negara seperti AS, Tiongkok, Rusia, Prancis dan Inggris, yang pemegang hak veto, maka itu akan ikut menentukan keamanan internasional. Belum magnitude kekuatan masing-masing di bidang ekonomi, politik, dan militer. Indonesia ingin hubungan mereka mesra kembali, tak ada konflik dan perang," ujar SBY.
Kekhawatiran Indonesia terhadap situasi ini menjadi concern Presiden SBY dalam lawatannya ke New York dan Washington, DC. Setidaknya SBY menyampaikan kekhawatirannya saat pidato di sidang di Majelis Umum ke-69 PBB, saat memberikan ceramah di Akademi Militer AS di West Point, dan saat pidato di Universitas George Washington.
Menurut SBY, seruan Indonesia agar negara-negara besar mesra seperti dulu, agar forum G 20, G7 yang kini berubah menjadi G8 karena masuknya Rusia, APEC, dan forum-forum internasional lainnya normal kembali. "Kalau forum-forum ini terganggu akan sangat berpengaruh bagi dunia dan mempengaruhi situasi keamanan internasional. Karena itu, Indonesia saya harap akan terus aktif bermain di forum-forum ini. Kita berharap agar situasi mengkhawatirkan ini ke depan dikurangi," jelas SBY.
No comments:
Post a Comment