Monday, 8 February 2016

Jalan Panjang Hinopsis Demi Penyembuhan

Jalan Panjang Hinopsis Demi PenyembuhanIlustrasi hipnotis (CNNIndonesia GettyImages/Olga Altunina/Thinkstockphotos.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah melihat tayangan televisi yang memperlihatkan seseorang "pakar" hipnosis membuat banyak orang terlelap dalam sekejap hanya dengan menjentikkan jemari?

Bila dirunut ke belakang, ternyata keberadaan hinopsis di muka bumi tak sesimpel menjentikkan jemari. Sejarahnya lumayan panjang, inovasinya pun silih berganti.

Teknik hipnosis awalnya digunakan untuk penyembuhan. Pada zaman Yunani Kuno, seorang tabib bernama Asklepios menggembangkan sebuah candi yang disebut sleep healing temple untuk membantu menyembuhkan orang.

Pasien yang ingin disembuhkan harus memasuki sebuah ruangan remang-remang dari batu. Kemudian pasien tersebut diminta  berbaring di atas sebuah batu yang berbentuk seperti kursi malas.

Pasien diminta untuk tetap santai dan tenang di dalam ruangan yang kemudian disebut dengan abaton. Setelah itu, Asklepios memasuki sebuah kamar dan membisikkan kata-kata tertentu untuk membantu pasien sembuh.

Ia akan melontarkan kata-kata, seperti, "Saya akan menghilangkan sakit kepala Anda," atau "Anda akan tertidur nyenyak sekarang."  Setelah melemparkan sugesti positif, Asklepios lalu meninggalkan ruangan tersebut agar kata-katanya manjur.

Meski belum dikenal sebagai hipnosis, namun cara ini terus dilakukan sampai ribuan tahun setelah Masehi, sampai abad ke-16.

Baru pada 1770, Franz Anton Mesmer mulai menginvestigasi hal yang ia sebut sebagai animal magnetism. Ia menggerakkan energi dengan sebuah magnet untuk menyembuhkan orang.

Mesmer adalah orang yang mengembangkan metode mempengaruhi kesadaran dengan cara menyentuh pasien, menatap matanya, dan mengayunkan tongkat magnetik yang ia percayai bisa menyeimbangkan cairan dalam tubuh. Sehingga bisa membuang penyakit dan penderitaan pasien. Metode ini disebut mesmerism.

Pada pertengahan abad ke-18, tabib dari Perancis dan Inggris mencoba mempelajari teknik mesmerism. Mereka mengatakan, penyembuhan tersebut bisa terjadi bukan karena hal-hal yang magnetik, tapi lebih kepada kekuatan sugesti.

Pasien mesmerism yang sudah dipengaruhi sampai berada dalam kondisi yang santai dan tenang, dalam tahap setengah sadar, akan menerima sugesti positif yang telah diberikan. Hal ini membuat tubuh mereka merespons sugesti tersebut dan secara misterius bisaa menyembuhkan.

Pada 1843, seorang ahli bedah dari Skotlandia bernama James Braid menciptakan istilah hipnosis. Pria yang dijuluki Bapak Hipnosis itu melakukan investigasi dan mendapatkan hasil: hipnosis merupakan hal ilmiah dan bukan gaib.

Dalam bukunya berjudul Neurypnology, Braid menuliskan sejumlah kasus hipnosis yang bisa menyembuhkan orang. Misalnya saja kasus seorang perempuan berusia 33 tahun yang bisa menggerakkan kakinya lagi setelah mengalami kelumpuhan. Ada juga perempuan berumur 54 tahun yang sembuh dari sakit kepala dan penyakit kulitnya setelah menerima perawatan hipnosis.

Pada abad ke-20, praktisi bernama Pierre Janet dan Clark L. Hull mengembangkan penelitian akademik dan ilmiah dari hipnosis. Sigmund Freud juga menggunakan hipnosis dalam penelitiannya.

Kemudian ada Emile Coue, yang sangat terkenal dengan kalimatnya, "Hari ke hari dengan berbagai cara saya akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi." Ia menyebutnya sebagai auto-suggestion yang sekarang lebih dikenal dengan self-hypnosis.

Ia juga mengembangkan peran imajinasi dalam menyelesaikan masalah. Coue juga yang pertama kali menyadari hipnosis itu tergantung pasiennya, bukan karena hipnotisnya.

Selain itu, ada juga dua orang ahli yang mengembangkan hipnoterapi modern, yaitu Milton H. Erickaon dan Dave Elman. Erickson adalah orang yang mempelopori hipnosis tidak langsung. Caranya dengan mengubah persepsi seseorang dan masalah yang ia alami tanpa melakukan prosedur formal seperti menutup mata.

Sementara itu, Elman pernah membuat buku berjudul Hypnotheraphy. Ia menjembatani istilah ilmu hipnosis dan hipnoterapi. Ia juga mengadaptasi dan mengembangkan teknik dari tahap hipnosis untuk tujuan terapi.

Sayangnya, tujuan baik hipnosis sejak awal ditemukan, kini mulai disalahgunakan. Orang-orang mempelajari hipnosis bukan untuk membantu orang lain, tapi justru mencelakakan atau merugikan orang lain.

Di Indonesia saja, praktik hipnosis banyak digunakan untuk menipu atau bahkan merampok orang. Ada yang menggunakan teknik sentuhan, tatapan mata, atau pengaruh kata-kata untuk mencapai niat buruknya.

Penyalahgunaan hipnosis mulai merebak sejak ilmu tersebut digunakan untuk tujuan hiburan. Apalagi acara-acara tersebut ditayangkan di televisi sehingga menyebabkan banyak orang penasaran untuk mencobanya.

No comments:

Post a Comment