Tuesday, 26 January 2016

Istilah 'Guilt-Free' Bawa Dampak Buruk

Istilah 'Guilt-Free' Bawa Dampak BurukIlustrasi cheese cake sarat lemak. (CNNIndonesia GettyImages/Lesyy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kita kerap mendengar istilah “guilt-free (bebas rasa bersalah)” untuk mendeskripsikan resep atau makanan versi lebih sehat dari yang aslinya sarat lemak atau tinggi kadar gula, seperti pizza dan ayam goreng, dan dijuluki “guilty pleasure (kenikmatan yang salah).”

Namun menurut ahli diet, Keri Glassman, seperti termuat di Women's Health, ide mengonsumsi versi guilt-free ketimbang versi asli yang memanjakan lidah, benar-benar menggelitik.

Coba pikir, apa yang sebenarnya ada di kepala ketika alih-alih makan kue bebas lemak (guilt-free) malah makan kue sarat lemak (guilty pleasure). Rasa bersalah, bukan? Nah, itu memperburuk keadaan karena merasa bersalah padahal sebelumnya kita nikmati.

Memang, makan atau mempraktikkan resep yang ada label guilt-free berarti hal yang positif. Tapi jangan salah, menggunakan istilah ini hanya membuat kita makin merasa malu dan bersalah ketika akhirnya benar-benar memakan sepotong kue atau makanan lain yang kita suka.

Perasaan malu itu menyebabkan hormon kortisol meningkat, yang terbukti menyebabkan kenaikan berat badan dan membuat keinginan makan semakin kuat. Bukankah itu ironis?

Jika Anda memilih mengkonsumsi kue cokelat lembut, seharusnya dengan penuh kesadaran, bukan dengan guilty pleasure.

Dalam istilah lain, harus membuat kita merasa “berdaulat” dan bahagia, bukan malah seperti baru melakukan hal buruk, sehingga sampai malam tak mau makan yang lain selain salad kale untuk menebus rasa bersalah tadi.

Kita tak bisa merasa berdaulat dengan makan makanan guilt-free karena memang tak ada bersalah yang perlu dibebaskan! Kita merasa berdaulat dengan makan secara berdaulat dan mendengarkan tubuh kita.

Fokuslah pada perilaku positif serta dengarkan petunjuk lapar dan kenyang dari tubuh sendiri, sehingga  dapat memotivasi untuk makan dengan lebih baik. Tak perlu secara mental menghukum diri sendiri karena melakukan hal tersebut.

Dengan menghilangkan istilah ini dari kosakata makanan, kita akan mengurangi perasaan malu dan bersalah, sehingga tingkat kortisol turun, dan kita bisa menurunkan berat badan beberapa kilogram juga. (sil)

No comments:

Post a Comment