Tuesday 23 February 2016

Fogging Tak Mampu Berantas Semua Jenis Nyamuk

Fogging Tak Mampu Berantas Semua Jenis Nyamuk Bahan kimia fogging di lingkungan alam yang terbuka tidak efektif dalam memutus siklus reproduksi dan menghilangkan nyamuk Aedes aegypti betina yang hamil. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki musim penghujan, petugas pengasapan atau fogging nyamuk biasanya mulai menggelar bertugas untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebar virus dengue.

Namun, tidak jarang juga masih ditemukan nyamuk yang berkeliaran di dalam rumah. Lantas, apakah metode pengasapan itu termasuk cara yang ampuh untuk mematikan nyamuk?

"Ketika ada upaya fogging, menurut saya tidak pernah berhasil memberantas Aedes aegypti," kata Saleha Sungkar dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran UI ketika ditemui CNNIndonesia.com pada acara Diskusi Panel Virus Zika di Universitas Indonesia , Salemba, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Dia berpendapat bahwa nyamuk yang menjadi vektor atau pembawa virus dengue dan zika tersebut senang tinggal di sekitar manusia. Seperti yang sudah diketahui, nyamuk Aedes kerap hinggap pada pakaian yang menggantung di kamar ataupun dinding.

Di sisi lain, fogging juga dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia. Erni Juwita Nelwan, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Divisi Tropik dan Penyakit Infeksi FKUI/RSCM, mengatakan paparan bahan kimia pada asap fogging adalah kontaminan yang berbahaya bagi manusia.

Selain itu, fogging juga dinilai tidak efisien karena tidak dapat dilakukan sendiri melainkan masih harus satu komunitas atau lingkungan yang tinggal berdekatan.

"Prinsipnya, bahan kimia pada asap fogging adalah yang bahaya. Ditambah ada beberapa laporan nyamuk kebal terhadap bahan tersebut," kata Erni. "Kalau seratus persen nyamuk kebal terhadap fogging, saya tidak setuju."

Menurutnya, nyamuk sudah pasti mati jika terkena insektisida. Bahkan, nyamuk-nyamuk yang kebal juga dipastikan akan tetap mati, mengingat siklus hidup nyamuk yang sangat cepat.

Erni menampik kemungkinan resistensi nyamuk terhadap bahan kimia fogging akan menular pada telur yang ada di tubuh nyamuk. Hal ini karena darah yang ada di nyamuk tidak bercampur dengan telur nyamuk.

Laporan kekebalan nyamuk terhadap fogging pernah diungkapkan dalam sebuah penelitian dan diterbitkan dalam Singapore Medical Journal pada 2005. Penelitian oleh KB Chua dan tim tersebut dilakukan pada lingkungan perkotaan di Malaysia.

Hasil pengujian tersebut menemukan fakta bahwa bahan kimia fogging di lingkungan alam yang terbuka tidak efektif dalam memutus siklus reproduksi dan menghilangkan nyamuk Aedes aegypti betina yang hamil.

Dalam penelitian di Amerika, terungkap bahwa upaya penyemprotan untuk mengusir nyamuk hanya efektif dalam dua hingga empat jam, lalu nyamuk kembali. Namun bukan nyamuk yang mati, melainkan kupu-kupu dan serangga lainnya.

"Bahan kimia untuk fogging punya kadar yang bisa membunuh nyamuk, sekaligus juga bisa jadi berbahaya bagi manusia. Makanya penggunaannya tidak bisa sembarangan," kata Erni.

Menurut Saleha, fogging tidak boleh terlalu sering. Fogging hanya dapat dilakukan ketika tengah ada wabah di suatu daerah.

Erni menyarankan tindakan pencegahan guna mengantisipasi efisiensi fogging yang minim. Beberapa tindakan tersebut adalah menggunakan pakaian tertutup, tidak menggantung pakaian, serta tidak membiarkan barang tidak terpakai terbuka sehingga menjadi sarang nyamuk untuk bertelur.

Adapun, untuk virus Zika, gejala tersebut akan terlihat setelah 2-7 hari menjangkit. Namun, setelah lebih dari 25 hari dalam tubuh, virus itu lama kelamaan akan mati karena kalah dengan antibodi tubuh manusia.

No comments:

Post a Comment